A.
PENDEKATAN
MOTIVASI PADA EMOSI
Sylvan
S. Tomkins: afeksi sebagai penguatan
Tomkins
(1962, 1970) berasumsi bahwa terdapat delapan dasar emosi (afeksi). Yang
positif adalah ketertarikan, kejutan, kegembiraan. Yang negatif adalah sedih,
takut, malu, jijik, marah. Dasar emosi ini adalah “respon bawaan terpola” yang
merupakan tipe khusus dari stimulus dan kita mengekspresikannya dengan
bermacam-macam reaksi tubuh, terutama ekspresi wajah. Pada setiap afeksi,
terdapat asumsi bahwa program ini tersimpan dalam area subkotikal dalam otak.
Karena ini bersifat genetis, maka jenis dari ekspresi ini behubungan dengan
dasar emosi. Banyak teori-teori yang menekankan pada kejelasan antara sistem
afeksi dan sistem motivasi. Banyak ahli psikologis yang berpendapat bahwa motiv
lah yang mengarahkan orang dalam bertindak. Tetapi menurut Tomkins, motiv
adalah sinyal primer dari kebutuhan tubuh, dan emosi adalah sinyal penguatnya.
Sistem
afeksi lebih general dibandingkan drive
system. Drives secara primer
berkonsentrasi pada objek utama baik dengan maupun tanpa tubuh dan ditujukan
dengan pola berirama. Sedangkan sistem afeksi dapat mengasosiasikan hampir
seluruh stimulus dan dapat bertahan lama maupun sebentar.
Carrol
E. Izard: Perbedaan Teori Emosi
Izard
menentang teori yang memperhatikan latar belakang dari automatic nervous system
sebagai faktor utama dari emosi. Malahan dia berpendapat bahwa afeksi itu
adalah respon wajah secara primer. Pola dari reaksi wajah yang yang kita sebut
emosi dianggap bahwa memiliki dasar neurologis dalam sukortikal program pada
setiap emosi. Setiap program memiliki dasar genetis. Orang tidak belajar
merasakan takut atau depresi; mereka hanya belajar isyarat bahwa pemicu reaksi
dari kecemasan atau depresi (Izard, 1972).
Mengikuti
Tomkins, Izard menyatakan beberapa emosi dasar dari yang semua orang dapat
kombinasikan. Kadang dia melist delapan emosi dasar, terkadang sepuluh. List
nya adalah termasuk ketertarikan, gembira, terkejut, stres, marah, muak, jijik,
malu, bersalah, dan takut. Izard
menyatakan bahwa dari sebuah poin evolusioner, itu tidak mungkin seekor hewan
dapat berpikir sebelum merasakan. Faktanya, jika seekor hewan ingin betahan
hidup, mereka harus memiliki emosional respon, seperti lari atau menyerang.
Izard
memiliki ide-ide penting tentang perkembangan emosi pada bayi. Yang disebutnya
sebagai dasar emosi dan ciri tersendiri
pada masa awal pada bayi, yang memiliki fungsi khusus yakni mereka
memiliki sinyal bahwa bayi sangat butuh pada pengasuhnya. Emosi ini dinyatakan
dalam tanda dari ekspresi wajahnya, yang berkaitan langsung dengan pengalaman
ekspresi. Dari pandangan Izard, emosi hanya satu bagian dari organisasi
kepribadian. Untuk membenarkan ide dasar emosi, Izard melist kriteria yaitu :
emosi dasar memiliki: dasar neural spesifik; ekspresi wajah khusus; perasaan
unik; asal dalam evolusi proses biologis; dan properti motivasi menggunakan
fungsi adaptif (Izard, 1991).
B.
PENDEKATAN
KOGNITIF PADA EMOSI
Stanley
S. Schachter : Emosi sebagai Label Verbal Arousal
Pada
tahun 1962, Stanley dan temannya Jerome mempublikasikan sebuah tulisan yang
mendeskripsikan pendekatan kognitif pada emosi, yang memiliki pengaruh besar
pada pemikiran banyak psikolog. Pandangan William James tentang emosi
menyatakan bahwa perasaan emosi kita secara luas berdasarkan pengalaman yang
kita punya dari perubahan otonomis di tubuh kita. Implikasi dari pandangan ini
adalah kita mendasarkan pengalaman kita dari emosi yang berbeda-beda, seperti
kesedihan dan kemarahan, pada pola berbeda dari arousal otonomis untuk
masing-masing emosi.
Karena
sedikitnya bukti untuk pola tersebut, Stanley dan Jerome memutuskan untuk
mencoba mengidentifikasi dasar untuk mengenali kondisi emosional dalam istilah
yang diinterpretasi oleh seseorang dari situasi yang dialaminya. Bagaimanapun
juga, masih dipenggaruhi oleh William, mereka menambahkan asumsi bahwa keadaan
arousal fisiologis harus ada. Bedasarkan pendapat mereka, seseorang dapat
menginterprestaikan kondisi yang sama dari arousal fisiologis, tergantung pada
interpretasi mereka dari situasi. Pandangan ini mengasumsikan hanya satu jenis
kesenangan fisik atau arousal.
Telah
ditunjukkan oleh banyak penulis (mislanya Lacey &Lacey, 1962) bahwa denyut
jantung memiliki sedikit korelasi dengan langkah-langkah lain dari arousal,
seperti tekanan darah atau resistensi kulit. Dalam hal ini juga diketahui bahwa
stimulan tertentu (misalnya, amfetamin) menghasilkan penurunan denyut nadi,
sedangkan obat penenang tertentu (misalnya, chlorpromazine) menghasilkan
peningkatan denyut jantung (Goodman & Golman, 1960). Oleh karena itu,
denyut jantung merupakan ukuran terendah tingkat tubuh pada arousal.
Harris dan
Katkin (1975) mencapai kesimpulan serupa setelah meninjau literatur pada umpan
balik yang salah informasi otonom sebagai faktor dalam memproduksi emosi.
Meskipun bukti itu tidak jelas tapi setidaknya konsisten dengan gagasan bahwa
emosi dapat terjadi tanpa
bukti arousal “emosi terutama keadaan kognitif. Tidak tergantung pada arousal
otonom.” sebaliknya, diketahui bahwa arousal dapat terjadi tanpa emosi.
Pentingnya
studi Schachter
mempengaruhi penelitian selanjutnya. Namun, penelitian ini penting dalam peran
faktor kognitif yaitu, interprestasi seseorang dalam menentukan keadaan
emosional. Dalam kehidupan nyata dari manusia dan hewan, penilaian kognitif
terjadi sebelum sistem saraf bertindak untuk melepaskan hormon ke dalam darah.
Dari sudut pandang untuk bertahan hidup, tidak mungkin perilaku emosional
menunggu evaluasi dari gema arousal.
George Mandler; Emotion as
Cognition Arousal Interaction
Versi lain dari
teori kognitif arousal, hampir sama dengan teori Schacter , yang diusulkan oleh
Mandler dalam bukunya mind and emotion (1975) yang berkaitan dengan konsep psikologis
arousal. Dan buku yang berkaitan dengan james mengenai perasaan emosi dan
arousal otonom.
Asumsi utama Mandler adalah
arousal otonom “merupakan sinyal untuk organisasi mental untuk perhatian,
kewaspadaan, dan pemindaian lingkungan.” arousal dapat diproduksi baik sebagai
akibat dari program otomatis sistem saraf otonom dengan stimulasi atau hasil
analisis dari suatu penilaian atau penafsiran situasi. Dalam pandangan Mandler,
persepsi arousal menghasilakn pengalaman emosional.di sisi lain, ia muncul
untuk menerima posisi alternatif “evaluasi kognitif dan arousal”.
Satu kritikan
penting dari James yaitu respon otonom yang sangat lambat dari respon
introspeksi emosional. Mandler mengakui bahwa respon emosional dapat terjadi
dalam ketiadaan arousal, yang bertentangan dengan teori. Untuk mengatasi
masalah ini james ragu menunjukkan kemungkinan gambar otonom, yang menjadikan
beberapa jenis penghubung antara permulaan dari lingkungan dan perasaan emosi.
Mandler berpendapat bahwa sistem
saraf otonom adalah sistem sinyal yang masuk ke dalam situasi evaluasi. Mandler sendiri mengutip bukti
bahwa individu mungkin dengan mudah disesatkan tentang tingkat arousal mereka sendiri. Akhirnya, literatur
psychopharmacological menunjukkan
bahwa banyak obat yang dapat melewati sawar darah / otak dapat memiliki efek
mendalam pada perasaan emosional dan perilaku tanpa memiliki efek pada sistem
saraf otonom.
Andrew Ortony, Gerald Clore, and Allan Collins: The Cognitive
Structure of Emotions
Dalam buku Ortony, Clore, dan Collins disebut struktur kognitif
emosi. Mereka tidak memperhatikan peran fisiologi, perilaku, atau ekspresi
bukan karena mereka menganggap aspek emosi tidak penting, tetapi karena mereka
ingin belajar titik awal dalam rantai emosi, kognisi. Dengan kata lain, pendekatan dari
teori ini
mengasumsikan bahwa emosi perasaan dilaporkan, diungkapkan oleh laporan bahasa
dan mandiri.
Ortony, Clore, dan Collins menunjukkan bahwa kita
menggunakan empat jenis bukti untuk memahami emosi. Pertama adalah bahasa emosi
seperti yang tercatat dalam kamus; tapi teori emosi tidak sama sebagai teori
bahasa emosi. Yang kedua adalah laporan diri, yang, meskipun mengalami banyak
tekanan untuk menghindari mengungkapkan batin yang sejati, masih dianggap cara
terbaik untuk mendapatkan mereka. Yang ketiga adalah perilaku atau ekspresif
display, yang menjadi fokus utama dari banyak psikolog dan etolog. Dan jenis
terakhir dari bukti reaksi fisiologis. Ortony, Clore, dan Collins tertarik hanya pada dua jenis bukti pertama untuk teori kognitif mereka.
Dalam teori itu sendiri, penulis ini
membedakan antara jenis emosi dan token emosi. Jenis emosi adalah keluarga yang
berbeda dari emosi yang terkait
erat yang memiliki kondisi memunculkan dasar yang sama. Jadi, misalnya, rasa
takut adalah jenis emosi, sementara kata-kata seperti senang, benci, kasihan,
dan penyesalan adalah
token emosi yang
mewakili berbagai jenis emosi.
Ketakutan adalah tipe emosi
karena tergantung pada interpretasi peristiwa-peristiwa tertentu sebagai
konsekuensi yang tidak diinginkan untuk diri sendiri.
Teori ini mengasumsikan bahwa tiga
aspek dunia menentukan kognisi: peristiwa, agen, dan objek. Jenis yangsama dari
analisis yang diberikan untuk istilah seperti so mbong, lega, kekecewaan, dan
kemarahan. Dalam hubungan ini, cinta hanya digambarkan sebagai menyukai
beberapa aspek pada objek. Richard S.Lazarus: relasional motivasi kognitif.
Lazarus telah peduli pada sebagian
besar karirnya (Lazarus,
1966; Lazarus dan Folkman, 1984) dengan
hubungan antara stres dan coping pada orang dewasa. Dia menunjukkan bahwa studi tentang
emosi harus mencakup studi tentang kognisi, motivasi, adaptasi, dan aktivitas
fisiologis. Emosi melibatkan penilaian dari lingkungan dan hubungan individu
dengan orang lain, dan upaya mengatasinya.
Ide sentral dari teori ini adalah
konsep penilaian, yang mengacu pada proses pengambilan keputusan yang
mengevaluasi bahaya pribadi dan manfaat yang ada dalam setiap interaksi
lingkungan. Penilaian utama menyangkut relevansi interaksi untuk seseorang,
sejauh mana tujuan
situasi yang kongruen (yaitu, menggagalkan atau memfasilitasi tujuan pribadi),
dan tingkat keterlibatan ego sendiri (atau tingkat komitmen). Penilaian
sekunder memutuskan menyalahkan atau kredit, potensi koping , dan harapan masa
depan.
Sebuah kunci utama dari konsep penilaian
sekunder adalah ide koping, yang mengacu pada cara untuk mengelola dan
menafsirkan konflik dan emosi. Menurut lazarus, ada dua jenis umum dari proses koping. Pertama disebut problem focused
coping, yang berkaitan dengan konflik oleh tindakan langsung yang dirancang
untuk mengubah hubungan (misalnya, berkelahi jika terancam). Kedua disebut emotion focused (kognitif) koping, yang berkaitan
dengan konflik dengan menafsirkan situasi (misalnya, penolakan dalam menghadapi
ancaman).
Aspek penting lain dari teori
lazarus adalah konsep tema inti relasional. Sebuah relasional didefinisikan
sebagai bahaya pusat atau manfaat yang terjadi pada setiap pertemuan emosional.
Lazarus mencoba untuk menunjukkan
relevansi ide-idenya tentang emosi untuk perkembangan anak, psikologi kesehatan
dan psikopatologi. Penilaian melibatkan deteksi dan evaluasi kondisi adaptasional relevan yang memerlukan
tindakan. Penilaian ini menentukan keadaan emosional.
Teori Lazarus penting karena
mengarahkan perhatian pada aspek emosi, kognisi yang lain telah diabaikan atau
diminimalkan. Nilai penting dari teori lazarus adalah tidak menyajikan
pandangan emosi tapi poin untuk banyak masalah yang kompleks yang memerlukan
penelitian dan teori baru.
C.
PENDEKATAN PSIKOANALISIS PADA EMOSI
Hampir semua psikolog psikoanalis yang terlibat dalam praktek swasta
psikoanalisis. Tulisan- tulisan mereka tidak peduli dengan
bukti eksperimental, tetapi dengan konsistensi teoritis dan relevansi dengan
praktik terapi.
Sandor Rado: A Theory of Emergency Affects
Sandor Rado dilatih di Eropa sebagai
psikoanalis tetapi menghabiskan bertahun-tahun hidupnya sebagai direktur dari pusat pelatihan psikoanalisis utama
di Amerika Serikat. Walaupun latar belakang pelatihan dalam psikoanalisis
adalah ortodoks, ia telah membuat kontribusi inovatif untuk analisis teori, khususnya
di bidang mempengaruhi.
Rado mengatakan bahwa ada tujuh yang mempengaruhi pola penting yang dapat diidentifikasi. Pola-pola ini
termasuk melarikan diri, tempur, penyerahan, pembangkangan, merenung, kafarat,
dan kerusakan diri, antara lain (Rado, 1956). Rado kemudian mulai mengembangkan teori
bertingkat emosi berdasarkan pertimbangan evolusi. Kontak dengan benda yang buruk atau
berbahaya biasanya menyebabkan nyeri, yang hanya primitif, sinyal darurat
menunjukkan bahwa cedera telah terjadi. Sama
seperti efek kesenangan adalah untuk menghasilkan respon penggabungan, efek
nyeri adalah untuk menghasilkan respon pembersihan.
Rado
mengasumsikan bahwa rasa sakit mental atau nyeri diantisipasi dapat memicu
perilaku pembebasan seperti halnya nyeri tubuh, tetapi upaya pembebasan kurang
efektif dan bahkan mungkin patologis.
Rado
menyebut tingkat kedua integrasi merupakan
emosional kasar. Sebagai organisme yang
mereka
juga mengembangkan cara-cara baru untuk mengatur dan
memilih pola perilaku. Metode baru dari kontrol gerakan dasar ketakutan, marah,
cinta, dan kesedihan. Sama seperti kesenangan dan rasa sakit bergerak menuju
atau menjauh
dari rangsangan di lingkungan, emosi ini memberikan cara yang lebih terkontrol untuk
melakukan hal yang sama.
Rado
menyebut tingkat ketiga integrasi merupakan tingkat
pikiran-emosional,
dan itu berkaitan dengan
peningkatan dalam ensefalisasi otak. Dalam tingkat
kontrol, emosi lebih tekendali dan lebih beragam. Emosi
derivatif muncul seperti ketakutan, gangguan, kecemburuan, dan iri hati.
Tingkat keempat regulasi menurut Rado adalah tingkat olah-emosional. Tingkat
ini melibatkan penguasaan peristiwa dengan cara intelektual.
Elemen-elemen kunci dari penguasaan tersebut foresight
dan penundaan reaksi. Rado kemudian mendefinisikan emosi sebagai
"sinyal persiapan yang mempersiapkan organisme untuk perilaku darurat ....
tujuan perilaku ini adalah untuk mengembalikan organisme untuk keselamatan "(Rado,
1968).
Charles Brenner : affect as Hedonic State Plus Idea
Charles Brenner seorang psikoanalis
terkenal dan mantan presiden American Association psikoanalitik.
Karyanya sangat didasarkan pada pemikiran psikoanalitik klasik.
Brenner menunjukkan bahwa teori Freud
mempengaruhi sebagian besar pada kecemasan dan emosi sebagai proses motor
debit. Dalam beberapa tahun terakhir, psikoanalis menjadi
khawatir dengan apa yang disebut "ego psikologi" dan telah mencoba
untuk mengklarifikasi peran gagasan dalam kaitannya. Tujuan Brenner adalah
untuk mengembangkan teori dari mempengaruhi yang kongruen dengan psikologi ego
kontemporer.
Brenner percaya bahwa sadar, laporan
subjektif dari emosi (mempengaruhi) tidak dapat diandalkan. Hal ini karena bercampurnya perasaan menyenangkan dan tidak
menyenangkan, serta harapan atau kenangan dari kedua peristiwa baik dan buruk.
Brenner menyatakan bahwa dalam mengatasi persaingan dapat menghasilkan perasaan senang dan
kemenangan, tetapi juga mungkin melibatkan perasaan kasihan atau kasih sayang
dan harapan hukuman karena telah mengalahkan dia (Brenner, 1974 ). Menurut Brenner, satu-satunya cara memisahkan
keduanya adalah
dengan metode analitik; yaitu dengan mengamati perilaku pasien.
Brenner mendefinisikan affect sebagai "sensasi kenikmatan, tidak
menyenangkan, atau keduanya, ditambah ide-ide, baik sadar dan bawah sadar, yang terkait dengan sensasi" (Brenner, 1974). Dari sudut pandang
ini, kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan terkait dengan ide-ide
spesifik tertentu yang bahaya.
Brenner melanjutkan dengan menunjukkan
bahwa teori yang berlaku untuk kecemasan mempengaruhi depresi. Sedangkan
kecemasan didefinisikan sebagai perasaan tidak menyenangkan yang berhubungan dengan gagasan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, sedangkan depresi adalah mendefinisikan perasaan tidak menyenangkan terkait dengan suatu
peristiwa
buruk telah terjadi. Brenner tidak menyatakan bahwa pengalaman kerugian tidak
perlu didasarkan pada kerugian yang nyata; bahkan kerugian fantasi dapat
membawa pengaruh depresi.
Dalam kaitan dengan depresi serta
kecemasan, pemicu beberapa jenis pertahanan ego seperti
represi, penyangkalan, atau proyeksi. Fungsi pertahanan ini untuk mengurangi
perasaan tidak menyenangkan. "Ketika seorang pasien merasa cemas, tetapi tidak memiliki penjelasan tentang apa yang ia takuti,
analis menganggap bahwa sifat ketakutannya
mengatakan
'sesuatu yang buruk' yang akan terjadi, serta semua yang lain dan lainnya
pertahanan yang bertanggung jawab untuk fakta bahwa pasien sendiri tidak dapat
mengatakan apa itu ia takut, untuk memberikan konten apapun untuk kecemasannya
"(Brenner, 1975).
Kedua, sejalan dengan teori yang
mempengaruhi pertahanan pemicu ego yang berfungsi untuk meminimalkan perasaan takut, kehadiran kecemasan atau depresi yang jelas menunjukkan
kegagalan pertahanan. Kondisi ini menyiratkan bahwa terapis harus memeriksa
masalah mengapa pertahanan ego tidak bekerja. Pemeriksaan tersebut dapat
memberikan wawasan ke dalam dinamika kepribadian.
Implikasi ketiga pandangan Brenner, berkaitan
dengan penggunaan depresi jangka. Dia menunjukkan bahwa telah digunakan dua pengertian yang berbeda: (1) sebagai mempengaruhi negara dan (2)
sebagai label diagnostik. Label diagnostik depresi mengacu pada sekelompok
gejala heterogen, konflik, dan asal-usul. Terapis harus mencoba untuk
memisahkan peran bahaya dari benda yang merugikan dan harus mencoba untuk mengidentifikasi pertahanan dan kepribadian yang mencerminkan individu dalam
menangani perubahan hidup.
D.
PENDEKATAN EVOLUSIONER PADA EMOSI
Teori evolusi telah digambarkan sebagai salah satu ide
yang paling penting dalam biologi. Ini memiliki dampak besar pada pikiran, tidak hanya dari biologi tetapi juga pada peneliti dalam ilmu fisika dan sosial. Seperti yang diakui Darwin,
evolusi tersirat perubahan struktur fisik dan sistem mental (atau perilaku).
Inilah sebabnya mengapa Darwin mulai mengamati ekspresi emosi pada hewan dan manusia. Ide
evolusi secara bertahap memasuki pemikiran psikolog tentang sifat emosi. Ini
termasuk gagasan bahwa emosi adalah bentuk sinyal komunikasi yang memiliki
nilai adaptif atau kelangsungan hidup.
Ross Buck: Emosi sebagai komunikasi dan pembacaan
Buck berusaha memahami emosi dari sudut pandang teori
komunikasi. Menurut teorinya, emosi adalah hal penting dalam konteks interaksi.
Emosi diekspresikan ke dalam bentuk suara, gestur atau ekspresi wajah.
Buck menganggap bahwa motivasi dan emosi merupakan dua
aspek dengan proses pokok yang sama.
Keduanya memiliki adaptasi pada tubuh, dan berusaha menjaga homeostasis,
melibatkan ekspresi eksternal dari keadaan internal, dan dapat diakses oleh
pengalaman subjektif. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi koordinasi sosial
dengan komunikasi dan tujuan tertentu. Berlawanan dengan teori W. James, Buck
percaya bahwa pengalaman subjektif didasari readout
dari aktivitas neurokimia pada beberapa bagian otak.
Makhluk sosial mesti mampu mengkomunikasikan keadaan
takut, marah, dan ketertarikan seksual untuk memenuhi tujuannya. Dalam proses
evolusi, suatu perilaku bahkan dijadika ritual untuk memudahkan pengiriman
informasi dan penerimaanya. Contohnya, para peneliti percaya bahwa pada
primata, aksi mengangkat alis merupakan ekspresi terkejut atau ketertarikan.
Menurut Buck, ada tiga aspek emosi. Pertama adalah
penjagaan status homestasis, kedua adalah menampilkan ekspresi, ketiga adalah
pengalaman subjektif. Tiap aspek mesti diinterpretasikan sebagai sebuah proses.
Teori ini diajukan Buck dengan asumsi bahwa proses kognitif terlibat dalam
semua interaksi sosial. Label individual didasari atas kondisi masa sekarang
dan pengalaman masa lalu, yang bakal mempengaruhi hasilnya. Aturan Display, yang ditentukan oleh budaya
atau sub-grup, juga memengaruhi perilaku yang tampak.
Model dasar yang diajukan Buck adalah interaksi antara
stimulus dari luar dan sistem motivasi / emosi, serta pembelajaran yang
relevan. Sistem kognitif menilai dan melabeli keadaan emosional. Aturan display kemudian menentukan seluas apa
pengekspresian motivasi / emosi dalam perilaku ataupun ekspresi tubuh.
Nico H. Frijda: Emosi sebagai Aksi kesiapan perubahan
Dalam bukunya The
Emotion (1980), Nico Frijda, psikolog Belanda, mengajukan teori emosi
dengan prinsip:
1. Emosi mempunyai dasar biologis, karena melibatkan
aktivitas dan impuls, baik pada hewan ataupun manusia
2. Emosi pada manusia dipengaruhi banyak faktor kognitif
yang tak ada pada hewan; moral, norma, kesadaran diri.
3. Emosi pada hewan dan manusia berhubungan dengan usaha
dalam pengekangan dan pengendalian (pengaturan).
4. Emosi bertentangan dalam kaitannya dengan mode aktivasi,
kecenderungan aksi, dan respon otomatis
5. Emosi yang berbeda dipicu susunan stimulus yang berbeda.
6. Emosi dipicu oleh event
yang signifikan dalam hidup individu.
Walau teori Frijda telah dibagi dalam aspek-aspek, ia
cenderung berpikir bahwa itu adalah teori kognitif karena analisisnya dalam
proses kognitif emosi. Menurutnya, saat ada stimulus, sebuah penganalisa
internal mengkodekan stimulus menjadi stimulus yang diketahui, lalu komparator
membandingkan stimulus dengan interest pribadinya.
Lalu pendiagnosa menilai apakah individu dapat atau tidak dapat melakukan
sesuatu. Lalu evaluator menentukan tingkat keseriusan situasi. Ini juga diikuti
perencana aksi, disertai perubahan fisiologis yang diperlukan sesuai tindakan.
Proses tsb. merupakan proses kognitif yang hipotetik.
Menurut Frijda, perubahan yang terjadi pada kesiapan
tindakan yang menggambarkan kondisi mental biasanya muncul sebagai respon dari
keadaan darurat atau adanya interupsi. Selain itu, menurutnya fitur penting
pada emosi adalah pola reaksi yang fleksibel dan kemampuan mengendalikan
perilaku. Namun hal ini tidak dapat dilihat proses evolusinya pada manusia.
Teori milik Firjda bersifat fungsional. Emosi ada untuk
berfungsi: dalam keadaan darurat yang berhubungan dengan kepuasan hidup seseorang, yaitu dengan mengevaluasi hubungan
event dan tindakan yang tepat. Karena
Frijda mengaitkannya dengan keadaan darurat, emosi dianggap sebagai sistem yang
tanggap bahkan pada minimnya informasi. Maka dari itu, kadang terjadi
kesalahan, seperti ekspresi yang tak sesuai dengan situasi, atau sebagainya.
Bagaimanapun jua, menimbang risiko, ini merupakan cara adaptasi yang cukup
sukses.
Robert
Plutchik: Teori Emosi Psikoevolusi
Diawali paper dari R. Plutchik pada 1958. Didasari oleh
enam postulat:
Postulat pertama, yang menyatakan bahwa emosi adalah
bentuk komunikasi dan mekanisme survival,
merupakan refelksi dari penganut teori darwin, yang merupakan ilmu karakter
konvensional.
Menurut Darwin (1872/1965), ada dua fungsi dari emosi
bagi hewan. Pertama, untuk dapat selamat dari situasi darurat, mereka mesti
melakukan reaksi yang sesuai dengan lingkungan. Kedua, emosi berperan sebagai
pertanda perilaku mereka.
Teori evolusi mengasumsikan bahwa untuk tetap bertahan
hidup, makhluk hidup mesti mengatasi masalah yang diciptakan oleh lingkungan
habitatnya, seperti pasangan, predator yang mengancam, dan lainnya. Emosi
merupakan adaptasi perilaku yang sangat konservatif yang telah meningkatkan
kesempatan bertahan hidup organisme.
Postulat kedua, bahwa emosi memiliki dasar genetik,
berasal dari konteks psikoevolusi. Menurut Darwin (1872/1965), ada empat tipe bukti yang digunakan untuk
membangun dasar genetik untuk emosi. Pertama, ia menemukan bahwa beberapa ekspresi
pada hewan tingkat rendah memliki kesamaan. Kedua, ia juga menemukan bahwa
beberapa ekspresi pada bayi dan dewasa sama. Ketiga, ekspresi pada individu
yang terlahir tunanetra tampak sama dengan individu normal. Keempat, ekspresi
pada umat manusia relatif sama, terlepas dari ras maupun golongan.
Dalam penelitian dewasa ini, dibandingkan kembar
monozigot dan kembar dizigot dengan berbagai metode, dan menghasilkan
kesimpulan bahwa genetik sangat berperan pada emosi. Teori genetik
mengindikasikan bahwa individu tidak mewarisi perilaku secara keseluruhan,
melainkan hanya struktur dan mekanisme psikologis yang menengahi perilaku.
Postulat ketiga, adalah bahwa emosi merupakan konstruksi
hipotesis, dibangun dari banyak bukti, yaitu: 1. Pengetahuan akan kondisi
stimulus, 2. Pengetahuan akan perilaku organisme dalam berbagai kondisi, 3.
Pengetahuan akan tipikal perilaku spesies, 4. Pengetahuan akan reaksi kelompok
organisme, dan 5. Pengetahuan akan efek dari perilaku individu terhadap orang
lain. (Plutchik, 1980a). Salah satu alasan mengapa keadaan emosi sangat sulit
dijelaskan, adalah karena emosi timbul bersamaan.
Postulat keempat, adalah bahwa emosi merupakan rentetan event dengan reaksi yang dihasilkan
cenderung homeostasis. Event
tsb.mesti dievaluasi secara kognitif sebagai hal penting. Lalu, setelah diambil
keputusan, perasaan dan perubahan psikologis terpola akan muncul. Semua untuk
mengembalikan situasi darurat menjadi situasi homeostasis seperti awal.
Postulat kelima, adalah bahwa hubungan pada emosi dapat
dijelaskan dengan struktur model tiga dimensi seperti kerucut pada gambar
berikut. Dimensi vertikal mewakili intensitas perasaan, lingkaran mewakili
kemiripan emosi, dan masing-masing kutub mewakili emosi yang berlawanan.
Postulat enam, adalah bahwa emosi berhubungan dengan
beberapa faktor di luar ranah konseptual. Telah dibuktikan bahwa bahasa
berkaitan erat dengan emosi dan traits kepribadian.
Aspek dimensi tersebut dapat diturunkan lebih jauh.
Istilah diagnostik seperti depresi dan manic
dapat dijelaskan sebagai bentuk ekstrem dari sedih, senang dan jijiik.
Penurunan ini juga dapat dilakukan dengan bahasa pertahanan ego. Contohnya,
proyeksi merupakan cara mengatasi perasaan jijik dengan mengatributkannya pada
individu lain.
Teori psikoevolusi telah banyak berkontribusi dalam
psikologi, salah satunya dengan mengenalkan pendekatan emosi yang relevan
dengan hewan tingkat rendah. Teori ini juga telah memprediksi observasi baru
yang telah teruji secara empiris. Juga telah menemukan insight , seperti emosi dengan motivasi, kognitif, mompi, empati,
dan proses utama.
Sumber :
Plutchik,
Robert. 1994. The Psychology and Biology
of Emotion 1st edition. New York: HarperCollins College
Publishers.
Comments
Post a Comment