Skip to main content

Teori-teori Motivasi




1.      Teori Kebutuhan sebagai Hierarki
Salah seorang pelopor yang mendalami teori motivasi adalah Abraham H. Maslow yang berkarya sebagai ilmuwan dan melakukan usahanya pada pertengahan dasawarsa empat puluhan. Hasil pemikirannya dituangkan dalam buku “Motivation and Personality”, dan teorinya tetap diakui sampai saat ini, baik di kalangan teoritis atau praktisi.

Keseluruhan teori motivasi Maslow diklasifikasikan pada lima hierarki kebutuhan, yaitu :
·         Kebutuhan Fisiologis
Perwujudan kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan di bidang sandang, pangan, dan perumahan. Kebutuhan ini adalah kebutuhan mendasar sejak lahir sampai ajalnya. Kebutuhan ini berkaitan dengan status dan ekonomi. Kebutuhan itu bersifat universal dan tidak memandang geografis.
·         Kebutuhan akan Keamanan
Keamanan ini dilihat dari aspek luas, baik fisik atau psikologis. Keamanan dalam aspek fisik dilihat dari keamanan di tempat individu itu berinteraksi. Sedangkan keamanan psikologis meliputi rasa adil dan makmur dalam menjalani hidupnya. Keamanan fisik tidak terlalu berarti bila keamanan psikologis tidak terpenuhi.
·         Pemuasan Kebutuhan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan masyarakat manusia mempunyai kebutuhan sosial yang tercermin dalam empat bentuk “perasaan”, yaitu :
a)      Perasaan diterima oleh orang lain dengan siapa ia bergaul dan berinteraksi dalam hidupnya. Tidak ada manusia normal yang senang terasing dalam komunitasnya dan sebaliknya keinginan untuk bekerja akan meningkat bila ia merasa diterima. Artinya manusia memiliki “sense of belonging”.
b)      Setiap manusia memiliki jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dalam hidup tidak ada manusia yang merasa senang jika diremehkan. Artinya manusia memiliki “sense of importance”.
c)      Kebutuhan akan perasaan maju. Dapat dinyatakan secara kategori bahwa manusia tidak senang bila menghadapi kegagalan. Sebaliknya ia akan merasa bangga bila memperoleh kemajuan. Artinya manusia memiliki “need for  achievement”.
d)     Kebutuhan akan perasaan diikutsertakan dalam kelompoknya. Manusia dalam mengeluarkan pendapat dan pengambilan keputusan yang menyangkut dengan  nasibnya akan mempunyai dampak psikologis yang kuat, artinya jika seseorang diikutsertakan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya, dia akan merasa bahwa keputusan itu adalah keputusan sendiri, sehingga ia akan lebih bersemangat dalam menjalankan keputusan tersebut. Artinya manusia memiliki “sense of participation”.
·         Kebutuhan “Esteem”
Salah satu ciri manusia adalah memiliki harga diri. Karena itu semua orang perlu pengakuan atas keberadaannya oleh orang lain. Pengakuan ini tercermin sebagai status di tengah masyarakat. Penggunaan lambang status ini ternyata dikenal baik di masyarakat tradisional ataupun modern. Jika dibandingkan dengan kondisi pada organisasi, semakin tinggi status seseorang biasanya akan semakin banyak fasilitas yang diterimanya. Tetapi tidak boleh dilupakan bahwa kebutuhan esteem merupakan kebutuhan nyata setiap orang , terlepas dari kedudukannya dalam organisasi. Yang menjadi tantangan bagi manajemen dalam menerapkan teori motivasi ialah menemukan cara yang paling tepat untuk memuaskan kebutuhan tersebut dengan berpedoman pada paling sedikit empat prinsip, yaitu :
a)      Cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tidak boleh menimbulkan kesenjangan antara kelompok.
b)      Pemuasan kebutuhan tetap memperhitungkan solidaritas sosial.
c)      Pemuasan kebutuhan disesuaikan dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
d)     Cara dan bentuk pemuasan kebutuhan tersebut harus sesuai dengan batas kewajaran.
·         Aktualisasi Diri
Dewasa ini semakin disadari bahwa dalam diri setiap orang terdapat kemampuan yang terpendam yang belum dikembangkan. Oleh karena itu wajar bila seseorang ingin meniti karier agar kemampuannya bisa dikembangkan.
2.      Teori “X” dan “Y”
Seorang ilmuwan yang mendalami teori motivasi ialah Douglas McGregor yang menuangkan hasil pemikirannya dalam buku “The Human Side of Enterprise”. McGregor berusaha menonjolkan pentingnya peranan sentral manusia dalam organisasi. Inti dari teorinya terlihat pada klasifikasi yang dibuatnya tentang manusia, yaitu :
a)      Teori “X” yang pada dasarnya mengatakan manusia cenderung berperilaku negatif
Teori ini mengatakan bahwa manajer menggunakan asumsi bahwa manusia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
o   Para pekerja pada dasarnya tidak suka bekerja dan berusaha menghindarinya
o   Karena tidak suka bekerja, maka mereka harus dipaksa, diawasi, dan diancam agar tujuan organisasi tercapai
o   Para pekerja akan berusaha menghindari tanggung jawabnya dan hanya akan bekerja bila diperintah
o   Kebanyakan pekerja akan menempatkan pemuasan kebutuhan fisiologis dan keamanan di atas faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pekerjaannya dan tidak menunjukkan keinginan untuk maju.
b)      Teori “Y” yang pada dasarnya mengatakan manusia cenderung berperilaku positif
Teori ini mengatakan asumsi bahwa manusia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
o   Para pekerja memandang bekerja adalah hal alamiah seperti bermain
o   Para petugas akan berusaha melakukan tugas tanpa diarahkan
o   Pada umumnya pekerja akan menerima tanggung jawab yang lebih besar
o   Para pekerja akan berusaha menunjukkan kreativitasnya dan memiliki keinginan untuk maju.
3.      Teori Motivasi-Higiene
Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Dalam usaha mengembangkan teorinya, Herzberg melakukan penelitian untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya diinginkan oleh manusia dari pekerjaannya.

Yang sangat menarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa apabila para pekerja merasa puas dengan pekerjaannya, kepuasan itu didasarkan pada faktor-faktor yang sifatnya instrinsik seperti keberhasilan mencapai sesuatu, rasa tanggung jawab, dan pengakuan yang diperoleh. Sebaliknya bila pekerja tidak merasa puas, hal ini berkaitan dengan faktor ekstrinsik seperti kebijakan organisasi, pelaksanaan kebijakan, dan hubungan antara anggota.

Suatu ide oleh Herzberg yaitu lawan kata dari ‘kepuasan” adalah “tidak ada kepuasan”. Menurutnya faktor yang mengarah pada kepuasan kerja berbeda dengan fakor yang mengarah pada ketidakpuasan. Artinya, para manajer yang berusaha menghilangkan faktor yang mengakibatkan ketidakpuasan mungkin saja berhasil mewujudkan ketenangan kerja, akan tetapi ketenangan itu belum tentu bersifat motivasional. Oleh karena itu Herzberg memakai istilah “Higene” bagi faktor yang menyenangkan pekerja seperti kebijaksanaan perusahaan dan hubungan antara anggota.

Herzberg berpendapat bahwa apabila manajer ingin memberi motivasi pada bawahan, maka yang perlu ditekankan adalah faktor yang menimbulkan rasa puas yang sifatnya instrinsik.
4.      Teori “ERG”
Teori ini dikembangkan oleh Clayton Alderfer dari Universitas Yale. “ERG” merupakan singkatan dari Existance, Relatednees, and Growth. Menurut teori ini, mempertahankan eksistensi adalah kebutuhan dasar seseorang. Mudah memahami bahwa mempertahankan eksistensi secara terhormat berarti terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang kalau menggunakan teori Maslow berarti terpenuhi kebutuhan primer termasuk keamanan. Kebutuhan “relatedness” tercermin pada sifat dasar manusia sebagai insan sosial. Sedangkan “growth” merupakan kebutuhan yang pada dasarnya tercermin pada keinginan seseorang untuk tumbuh dan berkembang, misalnya dalam peningkatan keterampilan.

Jika dilihat sepintas, terdapat persamaan antara teori Alderfer dengan Maslow. Dalam hal ilmiah ini wajar, akan tetapi klasifikasi dari berbagai teori ini akan berbeda diakibatkan banyak faktor seperti latar belakang pendidikan dan filsafat hidup. Hal ini tampak ada perbedaan teori Alderfer dan Maslow. Bahkan perbedaan tersebut bersifat konseptual dan cukup mendasar. Dalam teori Alderfer ditekankan bahwa ketiga kebutuhan tersebut diusahakan pemuasannya secara simultan, meskipun karena berbagai faktor seperti faktor sosial, seseorang bisa memberikan penekanan yang lebih kuat kepada salah satu kebutuhan tersebut.
5.      Teori “Tiga Kebutuhan”
Teori ini dikemukakan oleh David McCleland dan rekannya. Inti teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam bila disadari setiap orang mempunyai tiga jenis kebutuhan, yaitu: “Need for Achievement (nAch)”, “Need for Power (nPo)”, dan “Need for Affiliation (nAff)”.

·         Need for Achievement
Artinya setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya yang mencakup segala aspek dalam hidupnya. Dalam kehidupan organisasi, kebutuhan untuk berhasil tercermin pada adanya dorongan untuk meraih kemajuan dengan standar yang telah ditetapkan. Artinya orang dengan nAch yang besar adalah orang yang berusaha untuk berbuat sesuatu lebih baik dibandingkan dengan orang lain.
·         Need for Power
Kebutuhan akan kekuasaan tampak pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini. Pertama, adanya orang yang ingin dan butuh berpengaruh terhadap orang lain. Kedua, orang lain tempat pengaruh itu diarahkan. Ketiga, persepsi ketergantungan antara seseorang dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai Npo biasanya menyukai kondisi persaingan dan orientasi status serta akan lebih memberikan perhatiannya pada hal yang menambah besar pengaruhnya terhadap orang lain.
·         Need for Affiliation
Ini merupakan kebutuhan nyata dari manusia berangkat dari sifat manusia sebagai makhluk sosial. Kebutuhan ini tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi dengan orang lain.
6.      Teori Evaluasi Kognitif
Bila diperhatikan, para peneliti tentang motivasi menggunakan asumsi bahwa faktor motivasional yang bersifat instrinsik tidak terikat pada yang bersifat ekstrinsik.

Akan tetapi pada tahun 60-an berlangsung berbagai penelitian yang menghasilkan teori bahwa anggapan seperti di atas dirasakan tidak benar. Teori ini menemukan bahwa ada hubungan antara faktor instrinsik dengan faktor ekstrinsik, yang disebut dengan teori “evaluasi kognitif”. Menurut teori ini, bila faktor ekstrinsik diperlihatkan dan ditingkatkan seperti gaji, maka akan meningkatkan motivasi seseorang. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan teori ini adalah penggabungan yang tepat antara faktor instrinsik dengan faktor ekstrinsik.
7.      Teori Penentuan Tujuan
Ketika banyak ilmuwan yang memberikan perhatian pada pengembangan teori motivasi, berbarengan dengan timbulnya “Gerakan Human Relation” dan “Gerakan Keprilakuan”, penentuan tujuan secara spesifik kurang mendapat perhatian. Dorongan spesifik inilah yang menjadi inti dari teori ini.  Dorongan ini bersifat instrinsik, akan tetapi dapat pula bersifat ekstrinsik. Artinya, teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas akan menumbuhkan motivasi yang semakin besar.
8.      Teori Penguatan
Teori ini menggunakan pendekatan keperilakuan dalam arti bahwa penguatan menentukan perilaku seseorang. Inti dari teori ini terletak pada pandangan yang mengatakan bahwa jika tindakan seorang manajer oleh bawahan dipandang mendorong perilaku positif tertentu. Misalnya, seorang pekerja mendapat pujian karena suatu hal, maka dia akan mengulangi perbuatan yang serupa.
9.      Teori Keadilan
Keadilan menyangkut persepsi tentang perlakuan yang diterimanya dari orang lain. Dalam menumbuhkan perspesi ini, seseorang biasanya menggunakan tiga kategori referensi, yaitu
·         Orang lain sebagai pembanding
Untuk enilai apakah kita seseorang diperlakukan adil, biasanya ia melakukan perbandingan antara dirinya denga rekan kerjanya. Jika apa yang diterimanya relatif sama dengan rekan kerjanya maka ia akan merasa diperlakukan adil, dan sebaliknya.
·         Sistem yang berlaku sebagai pembanding
Dalam organisasi terdapat sistem yang berlaku dan menyangkut seluruh komponen dan segi dari organisasi tersebut. Teori ini menyoroti semua komponen tersebut. Persepsi seseorang diwarnai oleh pandangannya terhadap perlakuan sistem tersebut terhadap dirinya.
·         Diri sendiri sebagai pembanding
Setiap orang memasuki organisasi biasanya untuk “mengadu nasib”. Artinya setiap orang memiliki pandangan tertentu tentang dirinya yang tercermin dari berbagai hal seperti filsafat hidup dan latar belakang pendidikan.

Faktor tersebut menentukan jenis pekerjaan apa yang sesuai dengan dirinya. Kesesuaian tersebut berguna untuk mencapai kepuasan dalam bekerja. Misalnya orang  yang berasal dari latar belakang pendidikan yang tidak terlalu tinggi mungkin akan puas diterima sebagai karyawan biasa, dan akan lain halnya dengan orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, maka dia akan menginginkan posisi tertentu, misalnya manajer.
10.  Teori Harapan
Inti teori ini terletak pada pandangan yang mengatakan bahwa tindakan seseorang tergantung pada kekuatan harapan bahwa hal tersebut akan diikuti hasil tertentu. Teori ini mengandung tiga variabel, yaitu :
·         Daya tarik : Artinya sampai sejauh mana seseorang merasa hasil yang diperoleh sebagai imbalan dapat memainkan peran dalam pemuasan kebutuhannya.
·         Kaitan antara prestasi kerja dengan imbalan : Artinya tingkat keyakinan seseorang tentang hubungan antara tingkat prestasinya dengan pencapaian hasil tertentu.
·         Kaitan antara usaha dengan prestasi kerja: Artinya pandangan seseorang tentang kemungkinan bahwa usaha tertentu akan menjurus kepada prestasi kerja.
Pendalaman teori ini akan menunjukkan hal sebagai berikut :
·         Kuatnya motivasi seseorang tergantung pada pandangannya tentang betapa kuatnya keyakinan yang dia miliki akan dapat mencapai apa yang diusahakan.
·         Jika tujuan ini tercapai, akan timbul pertanyaan apakah dia memperoleh imbalan yang memadai/
Penganjur teori ini mengatakan bahwa terdapat empat pertanyaan yang harus dijawab dalam memahami teori ini, yaitu :
·         Hasil apakah yang diperkirakan akan diperloeh dengan melakukan pekerjaan tertentu ? Hasil yang diharapkan tentunya diharapkan bersifat positif.
·         Apakah dalam pandangan pekerja hasil tersebut memiliki daya tarik atau tidak ? berarti perlu ditanyakan pandangan pekerja terhadap hasil yang akan diperoleh, apakah positif, negatif, atau netral.
·         Perilaku bagaimana yang harus dilakukan agar hasil tersebut bisa diperoleh ? hal ini penting karena pekerja harus tahu apa yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diharapkan tadi.
·         Bagamana pendapat pekerja tertentu tentang peluang untuk berbuat sesuai dengan tuntutan tugas yang diberikan ? artinya dilihat apakah pekerjaan tersebut sanggup dilaksanakan seseorang atau tidak.
Kunci teori ini adalah pemahaman tujuan individual dan kaitan antara usaha dan prestasi kerja, antara prestasi kerja dengan imbalan serta antara imbalan dengan pencapaian tujuan.
Daya tarik teori harapan ini beragkat dari empat hal berikut :
·         Teori ini menekankan pada imbalan, artinya imbalan yang diberikan harus sesuai dengan keinginan individu.
·         Manajer harus memperhitungkan daya tarik imbalan tersebut yang memperlukan pemahaman mengenai nilai apa yang diberikan oleh pekerja pada imbalan yang diterimanya.
·         Teori ini menekankan perilaku yang diharapkan dari para pekerja. Artinya teori ini menekankan pentingnya keyakinan dalam diri pekerjaan tentang apa yang diharapkan oleh organisasi dari padanya dan bahwa prestasi pekerja dinilai dengan menggunakan kriteria yang rasional.
·         Teori ini menyangkut harapan. Artinya teori ini tidak menekankan apa yang realistik dan rasional. Yang ditekankan adalah bahwa harapan pekerja mengenai prestasi kerja, imbalan dan hasil pemuasan tujuan individual akan menentukan tingkat usahanya, bukan hasil itu sendiri.

TEORI BELAJAR
1.      Teori Classical Conditioning (Ivan Petrovich Pavlov, 1849-1936)
Ivan Pavlov adalah pelopor dari teori classical conditioning. Ia adalah ahli psikologi-refleksologi dari Rusia. Ia mengadakan percobaan berikut :

Seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, sehingga kelenjar ludahnya berada di luar pipinya, dimasukkan ke kamar yang gelap. Hal ini memungkinkan si peneliti untuk mengukur dengan teliti air liur yang keluar sebagai respons apabila ada perangsangan makanan ke mulutnya. Setelah percobaan diulang berkali-kali, maka ternyata air liur telah keluar sebelum makanan sampai ke mulutnya, yaitu pada waktu melihat piring makanan, pada waktu melihat orang yang biasa memberi makanan, dan bahkan pada waktu mendengar langkah orang yang biasa memberi makanan.

Jadi, makanan itu merupakan rangsangan yang sewajarnya (rangsangan alami) bagi refleks keluarnya air liur, sedangkan piring, suara langkah itu merupakan perangsang yang bukan sewajarnya, sebab seharusnya dalam keadaan normal, anjing tidak akan mengeluarkan air liur kalau melihat orang atua mendengar langkah orang. Pengamatan terhadap piring, orang, dan suara langkah merupakan tanda datangnya makanan.

Dari hasil percobaan itu, Pavlov mendapat kesimpulan bahwa gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (keluar air liur karena melihat makanan) dan refleks yang dipelajari (keluarnya air liur ketika melihat orang yang memberi makanan dan mendengar langkah kakinya).

Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru yang dapat kita tarik dari teori Pavlov adalah apabila stimulus yang diadakan selalu disertai dengan stimulus penguat, maka stimulus tadi akan menimbulkan respons yang dikehendaki.

Prinsip dan aplikasi teori ini mencakup :
·         Acquisition : Penggunaan penguatan
·         Pemadaman dan pemulihan spontan
·         Generalisasi dan diskriminasi
·         Conditioning tanding.

Kelemahan teori ini adalah :
·         Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses mental yang tidak dapat dilihat dari luar.
·         Peristiwa belajar itu bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti kegiatan mesin, padahal seseorang belajar memiliki self direction dan self control untuk menolak dan menerima sesuatu.
·         Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan itu sangat sulit diterima, karena ada perbedaan yang tajam antara keduanya.
2.      Teori Instrumental Conditioning (Burhus Frederic Skinner, 1904)
Menurut Skinner tingkah laku bukanlah sekadar respon terhadap stimulus, tapi merupakan suatu tindakan yang disengaja atau operant ini dipengaruhi oleh yang terjadi sesudahnya. Jadi, operant conditioning atau biasanya disebut instrumen conditioning, itu melibatkan pengendalian konsekuensi. Tingkah laku adalah perbuatan yang dilakukan pada situasi tertentu. Tingkah laku ini terletak pada dua pengaruh, yaitu pengaruh yang mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang mengikutinya (konsekuensi).

Dengan demikian, tingkah lakuitu dapat diubah dengan cara mengubah antecedent, konsekuensi, atau kedua-duanya. Menurut Skinner, konsekuensi itu sangat menentukan seseorang akan mengulangi suatu tingkah laku pada saat lain.

Prosedur pembentukan tingkah laku pada teori ini secara sederhana adalah sebagai berikut :
·         Mengidentifikasi hal yang merupakan reinforcement (penguat)bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
·         Menganalisis dan selanjutnya mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud.
·         Berdasarkan urutan komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen.
·         Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun (Drs. M Ngalim Purwanto, MP. 1988 dan Drs. M. Dimyati Mahmud, 1990).
Prinsip dan aplikasi teori ini adalah :
·         Penguatan/reinforcerment (positif dan negatif)
·         Pembentukan/shaping
·         Pemadaman dan pemulihan spontan
·         Generalisasi dan diskriminasi
·         Hukuman/punishment (positif dan negatif)
Kelemahan teori ini adalah kelanjutan dari teori pertama, sehingga kelemahannya juga sama dengan teori pertama.
3.      Teori Cognitif Learning (Walter Mischel)
Walter Mischel mengusulkan satu teori social cognitif, satu pendekatan dasar studi yang bergeser dari individu kepada kegiatan cognitif dan tingkah laku dalam hubungannya dengan situasi tertentu. Ia memadukan konsep-koonsep dari cognitif dan psikologi sosial ke konsep tingkah laku di dalam hubungannya dengan interaksi seseorang dengan situasi. Secara khusus ia mengusulkan 5 kategori variabel seseorang yang membatasi bagaimana seseorang menerima dan mempersatukan perangsang di dalam lingkungan untuk membantu menerangkan tingkah laku, kategori yang dimaksud adalah :
·         Kemampuan penyusun : kecakapan menyusun (menghasilkan kognisi dan tingkah laku tertentu)
·         Menyusun strategi dan membentuk pribadi : ini merupakan bagian untuk mengkategorikan kejadian-kejadian serta untuk pernyataan diri
·         Harapan hasil tingkah laku dan hasil stimulus dalam situasi tertentu
·         Nilai stimulus yang subjektif : motivasi dan timbulnya stimulus, intensif dan keengganan
·         Sistem pengaturan diri dan perencanaan: aturan-aturan dan kegiatan untuk kepentingan penampilan dan organisasi urutan tingkah laku kompleks.
Mischel mengakui bahwa kategori tersebut bisa ditambah dan diperbaiki. Setiap faktor akan berinteraksi dngan situasi untuk mempengaruhi tingkah laku.
4.      Teori Belajar Sosial (Albert Bandura)
Asal mulanya teori ini disebut observational learning, yaitu belajar dengan jalan mengamati perilaku orang lain. Teori ini beranggapan, bahwa masalah proses psikologi terlalu dianggap penting atau sebaliknya hanya ditelaah sebagian saja.

Menurut teori ini, yang terpenting ialah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku yang dipilih.

Teori ini berusaha menjelaskan hal belajar dalam situasi alami, yang berbeda dengan situasi laboratorium, lingkungan sosial menyediakan bermacam-macam kesempatan untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan dengan jalan mengamati pola-pola tingkah laku beserta akibat-akibatnya atau konsekuensinya. Asumsi dasar teori ini ada tiga macam, yaitu :
·         Hakikat proses belajar
·         Hubungan antar individu dengan lingkungan
·         Hasil belajar.


Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Menyiasati Anak yang Sulit Makan ?

Ibu : "A lagi ya, satu lagi aaanya, yah satu lagi yah" Anak : "Nggak mau, udah kenyang" Ibu : "Satu lagi deh, abis itu udahan deh makannya. Tinggal sedikit nih, tuh lihat di piringnya, tinggal sedikit kan. Satu lagi yaaaaa" Anak : "Nggak mau ah, udah kenyaaaaaaaaaaaang" Bagi sebagian ibu, dialog di atas mungkin terdengar sangat familiar di telinga ketika jam makan anak-anak telah tiba. Memberi makan kepada anak-anak balita terkadang memang menyulitkan. Anak tidak selalu menyukai apa yang diberikan kepada mereka. Mereka cenderung lebih menyukai makanan ringan berupa makanan yang manis (seperti permen, biskuit), makanan junk food (biasanya dalam bentuk makan siap saji seperti hamburger, fried chicken, french fries), dan makanan yang tasty (misalnya chiky, cheetos) dibandingkan makanan utama yang berupa nasi dan lauk pauknya. Menghadapi situasi diatas orangtua biasanya menggunakan berbagai cara untuk membuat agar anakn...

Cerita tentang Kompas Kehidupan

  Kehidupan ibarat mengembara, mengendarai sebuah kapal ditengah luas nya lautan, ketika diperjalanan, kita akan menemukan banyak hal, ada suatu kondisi dimana kita berada dilautan yang tenang, malam nan dingin penuh bintang, badai dengan petir, harta karun dan pulau yang indah. Sejatinya si pengendara kapal akan menentukan tujuan kemana ia akan pergi dan menemukan harta karunnya. Aku ingin bertanya satu hal yang perlu kamu jawab dalam hati.. kira-kira apakah kamu sudah menemukan tujuan perjalanan mu ?, ada beberapa orang akan mengatakan bahwa tujuan mereka ingin membuat orang tua bahagia, menjadi orang sukses dan kaya. Apakah benar demikian ?, ya ngak salah juga, kamu memiliki tujuan yang mulia seperti itu, tapi di episode kali ini aku ingin berbagi kepada kamu mengenai kompas kehidupan. Seperti layaknya nahkoda kapal kamu perlu menemukan tujuan perjalanan yang ingin kita tuju, dan jangan sampai justru itu bukan tujuanmu yang tanpa kamu sadari itu bukan kamu, dan membuat mu merasa...