1.
Teori
Kebutuhan sebagai Hierarki
Salah seorang
pelopor yang mendalami teori motivasi adalah Abraham H. Maslow yang berkarya
sebagai ilmuwan dan melakukan usahanya pada pertengahan dasawarsa empat
puluhan. Hasil pemikirannya dituangkan dalam buku “Motivation and Personality”,
dan teorinya tetap diakui sampai saat ini, baik di kalangan teoritis atau
praktisi.
·
Kebutuhan
Fisiologis
Perwujudan kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan di bidang sandang,
pangan, dan perumahan. Kebutuhan ini adalah kebutuhan mendasar sejak lahir
sampai ajalnya. Kebutuhan ini berkaitan dengan status dan ekonomi. Kebutuhan
itu bersifat universal dan tidak memandang geografis.
·
Kebutuhan
akan Keamanan
Keamanan ini dilihat dari aspek luas, baik fisik atau psikologis.
Keamanan dalam aspek fisik dilihat dari keamanan di tempat individu itu
berinteraksi. Sedangkan keamanan psikologis meliputi rasa adil dan makmur dalam
menjalani hidupnya. Keamanan fisik tidak terlalu berarti bila keamanan psikologis
tidak terpenuhi.
·
Pemuasan
Kebutuhan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan masyarakat manusia
mempunyai kebutuhan sosial yang tercermin dalam empat bentuk “perasaan”, yaitu
:
a)
Perasaan
diterima oleh orang lain dengan siapa ia bergaul dan berinteraksi dalam
hidupnya. Tidak ada manusia normal yang senang terasing dalam komunitasnya dan
sebaliknya keinginan untuk bekerja akan meningkat bila ia merasa diterima.
Artinya manusia memiliki “sense of belonging”.
b)
Setiap
manusia memiliki jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dalam hidup tidak ada manusia yang merasa senang jika diremehkan. Artinya
manusia memiliki “sense of importance”.
c)
Kebutuhan
akan perasaan maju. Dapat dinyatakan secara kategori bahwa manusia tidak senang
bila menghadapi kegagalan. Sebaliknya ia akan merasa bangga bila memperoleh
kemajuan. Artinya manusia memiliki “need for
achievement”.
d)
Kebutuhan
akan perasaan diikutsertakan dalam kelompoknya. Manusia dalam mengeluarkan
pendapat dan pengambilan keputusan yang menyangkut dengan nasibnya akan mempunyai dampak psikologis
yang kuat, artinya jika seseorang diikutsertakan dalam pengambilan keputusan
yang menyangkut dirinya, dia akan merasa bahwa keputusan itu adalah keputusan
sendiri, sehingga ia akan lebih bersemangat dalam menjalankan keputusan
tersebut. Artinya manusia memiliki “sense of participation”.
·
Kebutuhan
“Esteem”
Salah satu ciri manusia adalah memiliki harga diri. Karena itu
semua orang perlu pengakuan atas keberadaannya oleh orang lain. Pengakuan ini
tercermin sebagai status di tengah masyarakat. Penggunaan lambang status ini
ternyata dikenal baik di masyarakat tradisional ataupun modern. Jika
dibandingkan dengan kondisi pada organisasi, semakin tinggi status seseorang
biasanya akan semakin banyak fasilitas yang diterimanya. Tetapi tidak boleh
dilupakan bahwa kebutuhan esteem merupakan kebutuhan nyata setiap orang ,
terlepas dari kedudukannya dalam organisasi. Yang menjadi tantangan bagi
manajemen dalam menerapkan teori motivasi ialah menemukan cara yang paling
tepat untuk memuaskan kebutuhan tersebut dengan berpedoman pada paling sedikit
empat prinsip, yaitu :
a)
Cara
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tidak boleh menimbulkan kesenjangan
antara kelompok.
b)
Pemuasan
kebutuhan tetap memperhitungkan solidaritas sosial.
c)
Pemuasan
kebutuhan disesuaikan dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
d)
Cara
dan bentuk pemuasan kebutuhan tersebut harus sesuai dengan batas kewajaran.
·
Aktualisasi
Diri
Dewasa ini semakin disadari bahwa dalam diri setiap orang terdapat
kemampuan yang terpendam yang belum dikembangkan. Oleh karena itu wajar bila
seseorang ingin meniti karier agar kemampuannya bisa dikembangkan.
2.
Teori
“X” dan “Y”
Seorang ilmuwan
yang mendalami teori motivasi ialah Douglas McGregor yang menuangkan hasil
pemikirannya dalam buku “The Human Side of Enterprise”. McGregor berusaha
menonjolkan pentingnya peranan sentral manusia dalam organisasi. Inti dari
teorinya terlihat pada klasifikasi yang dibuatnya tentang manusia, yaitu :
a)
Teori
“X” yang pada dasarnya mengatakan manusia cenderung berperilaku negatif
Teori ini mengatakan bahwa manajer menggunakan asumsi bahwa manusia
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
o Para pekerja pada dasarnya tidak suka bekerja dan berusaha
menghindarinya
o Karena tidak suka bekerja, maka mereka harus dipaksa, diawasi, dan
diancam agar tujuan organisasi tercapai
o Para pekerja akan berusaha menghindari tanggung jawabnya dan hanya
akan bekerja bila diperintah
o Kebanyakan pekerja akan menempatkan pemuasan kebutuhan fisiologis dan
keamanan di atas faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pekerjaannya dan
tidak menunjukkan keinginan untuk maju.
b)
Teori
“Y” yang pada dasarnya mengatakan manusia cenderung berperilaku positif
Teori ini mengatakan asumsi bahwa manusia mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
o Para pekerja memandang bekerja adalah hal alamiah seperti bermain
o Para petugas akan berusaha melakukan tugas tanpa diarahkan
o Pada umumnya pekerja akan menerima tanggung jawab yang lebih besar
o Para pekerja akan berusaha menunjukkan kreativitasnya dan memiliki
keinginan untuk maju.
3.
Teori
Motivasi-Higiene
Teori ini
dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Dalam usaha mengembangkan teorinya,
Herzberg melakukan penelitian untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya
diinginkan oleh manusia dari pekerjaannya.
Yang sangat
menarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa apabila para pekerja merasa puas
dengan pekerjaannya, kepuasan itu didasarkan pada faktor-faktor yang sifatnya
instrinsik seperti keberhasilan mencapai sesuatu, rasa tanggung jawab, dan
pengakuan yang diperoleh. Sebaliknya bila pekerja tidak merasa puas, hal ini
berkaitan dengan faktor ekstrinsik seperti kebijakan organisasi, pelaksanaan
kebijakan, dan hubungan antara anggota.
Suatu ide oleh
Herzberg yaitu lawan kata dari ‘kepuasan” adalah “tidak ada kepuasan”.
Menurutnya faktor yang mengarah pada kepuasan kerja berbeda dengan fakor yang
mengarah pada ketidakpuasan. Artinya, para manajer yang berusaha menghilangkan
faktor yang mengakibatkan ketidakpuasan mungkin saja berhasil mewujudkan
ketenangan kerja, akan tetapi ketenangan itu belum tentu bersifat motivasional.
Oleh karena itu Herzberg memakai istilah “Higene” bagi faktor yang menyenangkan
pekerja seperti kebijaksanaan perusahaan dan hubungan antara anggota.
Herzberg
berpendapat bahwa apabila manajer ingin memberi motivasi pada bawahan, maka
yang perlu ditekankan adalah faktor yang menimbulkan rasa puas yang sifatnya
instrinsik.
4.
Teori
“ERG”
Teori ini
dikembangkan oleh Clayton Alderfer dari Universitas Yale. “ERG” merupakan
singkatan dari Existance, Relatednees, and Growth. Menurut teori ini,
mempertahankan eksistensi adalah kebutuhan dasar seseorang. Mudah memahami
bahwa mempertahankan eksistensi secara terhormat berarti terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang kalau menggunakan teori Maslow berarti terpenuhi kebutuhan
primer termasuk keamanan. Kebutuhan “relatedness” tercermin pada sifat dasar
manusia sebagai insan sosial. Sedangkan “growth” merupakan kebutuhan yang pada
dasarnya tercermin pada keinginan seseorang untuk tumbuh dan berkembang,
misalnya dalam peningkatan keterampilan.
Jika dilihat
sepintas, terdapat persamaan antara teori Alderfer dengan Maslow. Dalam hal
ilmiah ini wajar, akan tetapi klasifikasi dari berbagai teori ini akan berbeda
diakibatkan banyak faktor seperti latar belakang pendidikan dan filsafat hidup.
Hal ini tampak ada perbedaan teori Alderfer dan Maslow. Bahkan perbedaan
tersebut bersifat konseptual dan cukup mendasar. Dalam teori Alderfer
ditekankan bahwa ketiga kebutuhan tersebut diusahakan pemuasannya secara
simultan, meskipun karena berbagai faktor seperti faktor sosial, seseorang bisa
memberikan penekanan yang lebih kuat kepada salah satu kebutuhan tersebut.
5.
Teori
“Tiga Kebutuhan”
Teori ini
dikemukakan oleh David McCleland dan rekannya. Inti teori ini terletak pada
pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam
bila disadari setiap orang mempunyai tiga jenis kebutuhan, yaitu: “Need for
Achievement (nAch)”, “Need for Power (nPo)”, dan “Need for Affiliation (nAff)”.
·
Need
for Achievement
Artinya setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil
dalam hidupnya yang mencakup segala aspek dalam hidupnya. Dalam kehidupan
organisasi, kebutuhan untuk berhasil tercermin pada adanya dorongan untuk
meraih kemajuan dengan standar yang telah ditetapkan. Artinya orang dengan nAch
yang besar adalah orang yang berusaha untuk berbuat sesuatu lebih baik
dibandingkan dengan orang lain.
·
Need
for Power
Kebutuhan akan kekuasaan tampak pada keinginan untuk mempunyai
pengaruh terhadap orang lain. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal
ini. Pertama, adanya orang yang ingin dan butuh berpengaruh terhadap orang lain.
Kedua, orang lain tempat pengaruh itu diarahkan. Ketiga, persepsi
ketergantungan antara seseorang dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai Npo
biasanya menyukai kondisi persaingan dan orientasi status serta akan lebih
memberikan perhatiannya pada hal yang menambah besar pengaruhnya terhadap orang
lain.
·
Need
for Affiliation
Ini merupakan kebutuhan nyata dari manusia berangkat dari sifat
manusia sebagai makhluk sosial. Kebutuhan ini tercermin pada keinginan berada
pada situasi yang bersahabat dalam interaksi dengan orang lain.
6.
Teori
Evaluasi Kognitif
Bila
diperhatikan, para peneliti tentang motivasi menggunakan asumsi bahwa faktor
motivasional yang bersifat instrinsik tidak terikat pada yang bersifat
ekstrinsik.
Akan tetapi
pada tahun 60-an berlangsung berbagai penelitian yang menghasilkan teori bahwa
anggapan seperti di atas dirasakan tidak benar. Teori ini menemukan bahwa ada
hubungan antara faktor instrinsik dengan faktor ekstrinsik, yang disebut dengan
teori “evaluasi kognitif”. Menurut teori ini, bila faktor ekstrinsik
diperlihatkan dan ditingkatkan seperti gaji, maka akan meningkatkan motivasi
seseorang. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan teori ini adalah
penggabungan yang tepat antara faktor instrinsik dengan faktor ekstrinsik.
7.
Teori
Penentuan Tujuan
Ketika banyak
ilmuwan yang memberikan perhatian pada pengembangan teori motivasi, berbarengan
dengan timbulnya “Gerakan Human Relation” dan “Gerakan Keprilakuan”, penentuan
tujuan secara spesifik kurang mendapat perhatian. Dorongan spesifik inilah yang
menjadi inti dari teori ini. Dorongan
ini bersifat instrinsik, akan tetapi dapat pula bersifat ekstrinsik. Artinya,
teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa kejelasan tujuan yang
hendak dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas akan menumbuhkan
motivasi yang semakin besar.
8.
Teori
Penguatan
Teori ini
menggunakan pendekatan keperilakuan dalam arti bahwa penguatan menentukan
perilaku seseorang. Inti dari teori ini terletak pada pandangan yang mengatakan
bahwa jika tindakan seorang manajer oleh bawahan dipandang mendorong perilaku
positif tertentu. Misalnya, seorang pekerja mendapat pujian karena suatu hal,
maka dia akan mengulangi perbuatan yang serupa.
9.
Teori
Keadilan
Keadilan
menyangkut persepsi tentang perlakuan yang diterimanya dari orang lain. Dalam
menumbuhkan perspesi ini, seseorang biasanya menggunakan tiga kategori
referensi, yaitu
·
Orang
lain sebagai pembanding
Untuk enilai apakah kita seseorang diperlakukan adil, biasanya ia
melakukan perbandingan antara dirinya denga rekan kerjanya. Jika apa yang
diterimanya relatif sama dengan rekan kerjanya maka ia akan merasa diperlakukan
adil, dan sebaliknya.
·
Sistem
yang berlaku sebagai pembanding
Dalam organisasi terdapat sistem yang berlaku dan menyangkut
seluruh komponen dan segi dari organisasi tersebut. Teori ini menyoroti semua
komponen tersebut. Persepsi seseorang diwarnai oleh pandangannya terhadap
perlakuan sistem tersebut terhadap dirinya.
·
Diri
sendiri sebagai pembanding
Setiap orang memasuki organisasi biasanya untuk “mengadu nasib”.
Artinya setiap orang memiliki pandangan tertentu tentang dirinya yang tercermin
dari berbagai hal seperti filsafat hidup dan latar belakang pendidikan.
Faktor tersebut menentukan jenis pekerjaan apa yang sesuai dengan
dirinya. Kesesuaian tersebut berguna untuk mencapai kepuasan dalam bekerja.
Misalnya orang yang berasal dari latar
belakang pendidikan yang tidak terlalu tinggi mungkin akan puas diterima sebagai
karyawan biasa, dan akan lain halnya dengan orang yang memiliki latar belakang
pendidikan tinggi, maka dia akan menginginkan posisi tertentu, misalnya
manajer.
10.
Teori
Harapan
Inti teori ini
terletak pada pandangan yang mengatakan bahwa tindakan seseorang tergantung
pada kekuatan harapan bahwa hal tersebut akan diikuti hasil tertentu. Teori ini
mengandung tiga variabel, yaitu :
·
Daya
tarik : Artinya sampai sejauh mana seseorang merasa hasil yang diperoleh
sebagai imbalan dapat memainkan peran dalam pemuasan kebutuhannya.
·
Kaitan
antara prestasi kerja dengan imbalan : Artinya tingkat keyakinan seseorang
tentang hubungan antara tingkat prestasinya dengan pencapaian hasil tertentu.
·
Kaitan
antara usaha dengan prestasi kerja: Artinya pandangan seseorang tentang
kemungkinan bahwa usaha tertentu akan menjurus kepada prestasi kerja.
Pendalaman teori ini akan menunjukkan hal sebagai berikut :
·
Kuatnya
motivasi seseorang tergantung pada pandangannya tentang betapa kuatnya
keyakinan yang dia miliki akan dapat mencapai apa yang diusahakan.
·
Jika
tujuan ini tercapai, akan timbul pertanyaan apakah dia memperoleh imbalan yang
memadai/
Penganjur teori ini mengatakan bahwa terdapat empat pertanyaan yang
harus dijawab dalam memahami teori ini, yaitu :
·
Hasil
apakah yang diperkirakan akan diperloeh dengan melakukan pekerjaan tertentu ?
Hasil yang diharapkan tentunya diharapkan bersifat positif.
·
Apakah
dalam pandangan pekerja hasil tersebut memiliki daya tarik atau tidak ? berarti
perlu ditanyakan pandangan pekerja terhadap hasil yang akan diperoleh, apakah
positif, negatif, atau netral.
·
Perilaku
bagaimana yang harus dilakukan agar hasil tersebut bisa diperoleh ? hal ini
penting karena pekerja harus tahu apa yang dilakukan untuk memperoleh hasil
yang diharapkan tadi.
·
Bagamana
pendapat pekerja tertentu tentang peluang untuk berbuat sesuai dengan tuntutan
tugas yang diberikan ? artinya dilihat apakah pekerjaan tersebut sanggup
dilaksanakan seseorang atau tidak.
Kunci teori ini adalah pemahaman tujuan individual dan kaitan
antara usaha dan prestasi kerja, antara prestasi kerja dengan imbalan serta
antara imbalan dengan pencapaian tujuan.
Daya tarik teori harapan ini beragkat dari empat hal berikut :
·
Teori
ini menekankan pada imbalan, artinya imbalan yang diberikan harus sesuai dengan
keinginan individu.
·
Manajer
harus memperhitungkan daya tarik imbalan tersebut yang memperlukan pemahaman
mengenai nilai apa yang diberikan oleh pekerja pada imbalan yang diterimanya.
·
Teori
ini menekankan perilaku yang diharapkan dari para pekerja. Artinya teori ini
menekankan pentingnya keyakinan dalam diri pekerjaan tentang apa yang
diharapkan oleh organisasi dari padanya dan bahwa prestasi pekerja dinilai
dengan menggunakan kriteria yang rasional.
·
Teori
ini menyangkut harapan. Artinya teori ini tidak menekankan apa yang realistik
dan rasional. Yang ditekankan adalah bahwa harapan pekerja mengenai prestasi
kerja, imbalan dan hasil pemuasan tujuan individual akan menentukan tingkat
usahanya, bukan hasil itu sendiri.
TEORI BELAJAR
1.
Teori
Classical Conditioning (Ivan Petrovich Pavlov, 1849-1936)
Ivan Pavlov
adalah pelopor dari teori classical conditioning. Ia adalah ahli
psikologi-refleksologi dari Rusia. Ia mengadakan percobaan berikut :
Seekor anjing
yang telah dibedah sedemikian rupa, sehingga kelenjar ludahnya berada di luar
pipinya, dimasukkan ke kamar yang gelap. Hal ini memungkinkan si peneliti untuk
mengukur dengan teliti air liur yang keluar sebagai respons apabila ada
perangsangan makanan ke mulutnya. Setelah percobaan diulang berkali-kali, maka
ternyata air liur telah keluar sebelum makanan sampai ke mulutnya, yaitu pada
waktu melihat piring makanan, pada waktu melihat orang yang biasa memberi
makanan, dan bahkan pada waktu mendengar langkah orang yang biasa memberi
makanan.
Jadi, makanan itu
merupakan rangsangan yang sewajarnya (rangsangan alami) bagi refleks keluarnya
air liur, sedangkan piring, suara langkah itu merupakan perangsang yang bukan
sewajarnya, sebab seharusnya dalam keadaan normal, anjing tidak akan
mengeluarkan air liur kalau melihat orang atua mendengar langkah orang.
Pengamatan terhadap piring, orang, dan suara langkah merupakan tanda datangnya
makanan.
Dari hasil
percobaan itu, Pavlov mendapat kesimpulan bahwa gerakan refleks itu dapat
dipelajari, dapat berubah karena latihan. Sehingga dengan demikian dapat
dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (keluar air liur karena
melihat makanan) dan refleks yang dipelajari (keluarnya air liur ketika melihat
orang yang memberi makanan dan mendengar langkah kakinya).
Pada dasarnya
classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru yang
dapat kita tarik dari teori Pavlov adalah apabila stimulus yang diadakan selalu
disertai dengan stimulus penguat, maka stimulus tadi akan menimbulkan respons
yang dikehendaki.
Prinsip dan
aplikasi teori ini mencakup :
·
Acquisition
: Penggunaan penguatan
·
Pemadaman
dan pemulihan spontan
·
Generalisasi
dan diskriminasi
·
Conditioning
tanding.
Kelemahan teori ini adalah :
·
Proses
belajar dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses mental
yang tidak dapat dilihat dari luar.
·
Peristiwa
belajar itu bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti kegiatan
mesin, padahal seseorang belajar memiliki self direction dan self
control untuk menolak dan menerima sesuatu.
·
Proses
belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan itu sangat sulit diterima,
karena ada perbedaan yang tajam antara keduanya.
2.
Teori
Instrumental Conditioning (Burhus Frederic Skinner, 1904)
Menurut Skinner
tingkah laku bukanlah sekadar respon terhadap stimulus, tapi merupakan suatu
tindakan yang disengaja atau operant ini dipengaruhi oleh yang terjadi
sesudahnya. Jadi, operant conditioning atau biasanya disebut instrumen
conditioning, itu melibatkan pengendalian konsekuensi. Tingkah laku adalah
perbuatan yang dilakukan pada situasi tertentu. Tingkah laku ini terletak pada
dua pengaruh, yaitu pengaruh yang mendahuluinya (antecedent) dan pengaruh yang
mengikutinya (konsekuensi).
Dengan demikian,
tingkah lakuitu dapat diubah dengan cara mengubah antecedent, konsekuensi, atau
kedua-duanya. Menurut Skinner, konsekuensi itu sangat menentukan seseorang akan
mengulangi suatu tingkah laku pada saat lain.
Prosedur
pembentukan tingkah laku pada teori ini secara sederhana adalah sebagai berikut
:
·
Mengidentifikasi
hal yang merupakan reinforcement (penguat)bagi tingkah laku yang akan
dibentuk.
·
Menganalisis
dan selanjutnya mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk tingkah laku
yang dimaksud.
·
Berdasarkan
urutan komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer untuk
masing-masing komponen.
·
Melakukan
pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun
(Drs. M Ngalim Purwanto, MP. 1988 dan Drs. M. Dimyati Mahmud, 1990).
Prinsip dan aplikasi teori ini adalah :
·
Penguatan/reinforcerment
(positif dan negatif)
·
Pembentukan/shaping
·
Pemadaman
dan pemulihan spontan
·
Generalisasi
dan diskriminasi
·
Hukuman/punishment
(positif dan negatif)
Kelemahan teori ini adalah kelanjutan dari teori pertama, sehingga
kelemahannya juga sama dengan teori pertama.
3.
Teori
Cognitif Learning (Walter Mischel)
Walter Mischel
mengusulkan satu teori social cognitif, satu pendekatan dasar studi yang
bergeser dari individu kepada kegiatan cognitif dan tingkah laku dalam
hubungannya dengan situasi tertentu. Ia memadukan konsep-koonsep dari cognitif
dan psikologi sosial ke konsep tingkah laku di dalam hubungannya dengan
interaksi seseorang dengan situasi. Secara khusus ia mengusulkan 5 kategori
variabel seseorang yang membatasi bagaimana seseorang menerima dan
mempersatukan perangsang di dalam lingkungan untuk membantu menerangkan tingkah
laku, kategori yang dimaksud adalah :
·
Kemampuan
penyusun : kecakapan menyusun (menghasilkan kognisi dan tingkah laku tertentu)
·
Menyusun
strategi dan membentuk pribadi : ini merupakan bagian untuk mengkategorikan
kejadian-kejadian serta untuk pernyataan diri
·
Harapan
hasil tingkah laku dan hasil stimulus dalam situasi tertentu
·
Nilai
stimulus yang subjektif : motivasi dan timbulnya stimulus, intensif dan
keengganan
·
Sistem
pengaturan diri dan perencanaan: aturan-aturan dan kegiatan untuk kepentingan
penampilan dan organisasi urutan tingkah laku kompleks.
Mischel mengakui bahwa kategori tersebut bisa ditambah dan
diperbaiki. Setiap faktor akan berinteraksi dngan situasi untuk mempengaruhi
tingkah laku.
4.
Teori
Belajar Sosial (Albert Bandura)
Asal mulanya
teori ini disebut observational learning, yaitu belajar dengan jalan
mengamati perilaku orang lain. Teori ini beranggapan, bahwa masalah proses
psikologi terlalu dianggap penting atau sebaliknya hanya ditelaah sebagian
saja.
Menurut teori
ini, yang terpenting ialah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi
dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana yang akan
ditiru dan kemudian melakukan perilaku yang dipilih.
Teori ini
berusaha menjelaskan hal belajar dalam situasi alami, yang berbeda dengan
situasi laboratorium, lingkungan sosial menyediakan bermacam-macam kesempatan
untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan dengan jalan mengamati pola-pola
tingkah laku beserta akibat-akibatnya atau konsekuensinya. Asumsi dasar teori
ini ada tiga macam, yaitu :
·
Hakikat
proses belajar
·
Hubungan
antar individu dengan lingkungan
·
Hasil
belajar.

Comments
Post a Comment