Filsafat Ilmu
Pada hakikatnya
manusia adalah makhluk yang berpikir. Hal ini pernah diutarakan oleh seniman
handal, Auguste Rodin lewat karya pahatan yang menjelaskan hakikat manusia yang
sesungguhnya, patung seorang manusia yang sedang berpikir. Proses berpikir manusia
inilah yang memunculkan berbagai ilmu pengetahuan. Dengan dobrakandobrakan
pemikiran dan ide manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang didasari dengan
pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
diperlukan metode ilmiah yang langkah dan kegiatannya didasarkan pada prinsip-prinsip
keilmuan.
Sarana ilmiah
berperan sebagai alat bantu yang mengorganisasikan metode ilmiah menjadi sebuah
pengetahuan yang lebih sempurna. Tentu saja berpikir berdasarkan keilmuan amat
sangat berbeda dengan proses berpikir pada umumnya. Disnilah para filsafat
menuangkan segala bentuk pemikirannya dengan menggunakan metode dan kegiatan yang
bersifat ilmiah. Kegiatan dan metode yang tidak didasarkan pada
pemikiranpemikiran khayal namun logis dan empiris. Semua dibuktikan secara
ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Filsuf-filsuf mendalami apa yang mereka kembangkan
dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang didalamnya juag dibutuhkan sarana untuk
membantu lancarnya kegiatan ilmaih tersebut. Maka disinilah peran sarana ilmiah
amat sangat berarti.
BERPIKIR ILMIAH
Secara umum tiap
perkembangan dalam ide dan konsep dapat disebut dengan berpikir (Bochenski,
1984:52). Dan yang akan dikupas secara mendalam pada pembahasan ini adalah
berpikir yang didasarkan pada keilmuan. Tentu saja pemikiran yang didasarkan pada keilmuan
akan sangat berbeda dengan pemikiran biasa, seperti memikirkan mau membeli apa
nanti, atau berpikir untuk pergi kemana. Dalam buku Jujun S. Suriasumantri, Bochenski
(1984:52) juga menerangkan bahwa pemikiran yang didasarkan keilmuan adalah pemikiran
yang sungguh-sungguh, artinya suatu cara yang berdisiplin. Ide dan konsep itu
diarahkan pada suatu tujuan tertentu. Disini ide dan konsep tidak dibiarkan untuk berkelana
dalam angan-angan yang tak menentu. Dan kemudian akan berkembang kepada berpikir
ilmiah, cara berpikir yang dilakukan oleh para filsuf. Berpikir ilmiah adalah
berpikir yang logis dan empiris. Logis berarti masuk akal, dan empiris berarti
dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan
(Hillway: 1956). Dalam hal ini ada juga yang berpendapat bahwa berpikir ilmiah adalah berpikir yang
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan secara ilmu
pengetahuan yaitu berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan atau menggunakan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran
(uripsantoso.wordpress.com).
Maka dapat kita
garis bawahi bahwa makna dari berpikir ilmiah adalah pemikiran yang didasarkan
pada prinsip-prinsip keilmuan. Yang tentu saja ini berarti juga erat kaitannya dengan
proses untuk mendapatkan ilmu itu sendiri. Dan untuk melaksanakan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana ilmiah.
SARANA BERPIKIR
ILMIAH
Sarana ilmiah pada
dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah
yang harus ditempuhnya (Salam: 2000). Selain itu, Salam (2000:24) menambahkan
bahwa sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu
tujuan tertentu atau sarana ilmiah mempunyai fungsi – fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan
ilmiah secara menyeluruh. Sarana ilmiah diperlukan untuk membantu kegiatan berpikir ilmiah. Tanpa
sarana berpikir ilmiah maka kegiatan berpikir ilmiah tidak akan berjalan
dengan baik. Dan pada hakikatnya sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian, yaitu
bahasa, matematika, statistik dan logika. Dan kali ini kita akan membahasnya satu persatu
secara mendalam.
Bahasa
Bahasa sebagai
sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Sebagai sarana
komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa,
seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kemampuan
kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia baginya.
Kemudian Bloch and
Trager mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary vocal symbols by
means of which a social group cooperates (bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol
bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk
berkomunikasi). Joseph Broam mengatakan bahwa a language is a structured system of
arbitrary vocal symbols by means of which members of social group interact (bahasa adalah
suatu sistem yang berstrukturdari sibol-simbol bunyi arbiter yang dipergunakan oleh
para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain). Batasan di atas
memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh karena itu, perlu
diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya:
• Simbol-simbol
Simbol-simbol
berarti things that stand for other things atau sesuatu yang menyatakan
sesuatau yang lain. Sebagai contoh adalah awan hitam dan turunnya hujan, di amana
awan hitam adalah awal turunnya hujan. Jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu
sistem simbol-simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa uacapan si pembicara
dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis.
• Simbol-simbol
vokal
Simbol-simbol yang
membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal, yaitu bunyi-bunyi
yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau alat
tubuh dengan sistem pernapasan. Tapi tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh
organ-organ vokal manusia merupakan simbol-simbol bahasaataupun lambang-lambang
kebahasaan. Bersin, dengkur, batuk dan lain sebagainya, biasanya tidak mengandung
niai simbolis. Hanya apabila bunyi tersebut mempunyai makna tertentu dalam
suatu kelompok sosial tertentu.
• Simbol-simbol
vokal arbitrer
Istilah arbitrer di
sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara
filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Misalnya, untuk menyatakan
jenis binatang yang disebut Equus Caballus, orang Inggris menyebutnya horse, orang
Perancis menyebutnya cheval, orang Indonesia kuda dan orang Arab hison. Semua
ini sama tepatnya, sama arbitrernya. Semuanya adalah konvensi sosial yakni
sejenis persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara
sesama anggota masyarakat yang memberi setiap kata makna tertentu.
• Suatu sistem yang
berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer
Misalnya saja,
setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciri-ciri
fonetik lainnya seperti tekanan kata dan inotasi). Gabungan bunyi dan urutan
bunyi membuktikan betapa pentingnya kriteria kecocokan dan permulaan yang teratur
rapi.
• Yang dipergunakan
oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
Bagian ini
menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Fungsi bahasa memang sangat
penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota masyarakat dapat
mengadakan interaksi sosial. Telaah mengenai pola-pola interaksi ini merupakan
bagian dari ilmu sosiologi.
a. Fungsi Bahasa
Aliran filsafat
bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan
pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik
berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah untuk perubahan masyarakat (Bakhtiar:
2004).
Menurut Haliday
sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi
bahasa adalah
sebagai berikut:
1) Fungsi
instrumental: peggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti
makan, minum dan sebagainya.
2) Fungsi
regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
3) Fungsi
interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara
seseorang dan oraang lain.
4) Fungsi personal:
seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran.
5) Fungsi
heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir fenomena dan
keinginan untuk mempelajarinya.
6) Fungsi
imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan
gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita
(dunia nyata).
7) Fungsi
representasional: penggunaan bahasa unuk menggambarkan pemikiran dan wawasan serta
menyampaikannya pada orang lain.
b. Bahasa Sebagai
Sarana Berfikir Ilmiah
Dalam sarana
ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama, sarana ilmiah itu
merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari secara
ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Sarana
ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi
pengetahuan berdasarkan metode ilmiah. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang
digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ketika
bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disifatkan dengan
ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi ini merupakan proses
penyampaian informasi berupa pengetahuan.
Matematika
Matematika
digunakan oleh seluruh kehidupan manusia. Baik matematika yang sangat sederhana
maupun yang sangat rumit. Fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa
yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan karena ilmuilmu
pengetahuan semuanya mempergunakan matematika. Matematika digunakan
sebagai salah satu sarana kegiatan ilmiah, yaitu meliputi sarana berpikir ilmiah,
matematika sebagai bahasa, dan sebagai berpikir deduktif.
a. Matematika
sebagai Bahasa
Matematika adalah
bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan
yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial”
artinya setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika
merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk
menghilangkan sifat majemuk
dan emosional dari bahasa verbal. Matematika mempunyai
sifat yang jelas, spesifik,
dan informative dengan tidak menimbulkan konotasi yang
tidak bersifat emosional. Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa numeric
yang memungkinkan
kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan bahasa verbal
hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif.
b. Matematika
sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika
merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian
masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman melainkan
didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran). Matematika lebih
mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan- pernyataan mempunyai sifat yang
jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang lain yang
merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis
yang kebenarannya telah ditentukan. Dalam semua pemikiran deduktif maka kesimpulan
yang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang mendasarinya.
Kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan lagi. Dalam peranan deduktif, bentuk
penyimpulan yang banyak digunakan adalah system silogisme, dan silogisme Ini
disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif yang sempurna.
Statistik
a. Pengertian
Awalnya, kata
statistik diartikan sebagai keterangan – keterangan yang dibutuhkan oleh negara
dan berguna bagi negara (Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik, Jilid I,
Pustaka LP3ES Indonesia, 2000, hlm. 2). Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata
status (bahasa Latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa
Inggris) yang artinya negara. Namun, dalam bahasa Inggris, ada dua kata yaitu
statistics yang artinya ilmu
statistik dan kata statistic yag dapat diartikan sebagi
ukuran yang diperoleh atau berasal dari sample, yang berarti ukuran yang diperoleh
atau berasal dari populasi.
Ditinjau dari segi terminologi, statistik setidaknya
memiliki 4 pengertian. Yaitu, Pertama, memiliki arti sebagai data statistik, adalah
kumpulan bahan keterangan berupa angka atau keterangan. Kedua, adalah kegiatan statistic Ketiga,
dimaksudkan juga sebagai metode statistic Keempat, dapat diberi pengertian sebagai “ilmu
statistik”.
b. Sejarah
Perkembangan Statistik
Konsep statiska
sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu dan salah satunya adalah Thomas Simpson yang menyimpulkan terdapat sesuatu
distribusi yang berlanjut (continuous distribution) dari suatu variabel dalam suatu
frekuensi yang cukup banyak. Pierre Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan
konsep Demoivre dan Simpson lebih lanjut dan menemukan distribusi normal sebuah
konsep mungkin paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam
analisis statistika di samping teori peluang.
Teknik kuadrat
terkecil (least squares) simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata (the
standard error of the mean) dikembangkan Karl Friedrich Gauss (1777- 1855). Pearson
melanjutkan konsep-konsep Galton dan mengembangkan konsep regesi, korelasi,
distribusi, chi-kuadrat, dan analisis statiska untuk data kualitatif Pearson menulis
buku The Grammar of Science sebuah karya klasik dalam filsafat ilmu. William
Searly Gosset, yang terkenal dengan nama samaran “Student”, mengembangkan
konsep tentang pengambilan contoh.
Di Indonesia,
kegiatan dalam hal penelitian juga cukup meningkat, baik kegiatan akademik maupun
maupun pengambilan keputusan telah memberikan momentum yang baik untuk
pendidikan statistika. Dengan masyarakatnya berpikir secara ilmiah, maka sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh HLM. G. Welles bahwa setiap hari berpikir statistik akan
merupakan keharusan bagi manusia seperti juga membaca dan menulis (Ibid).
c. Hubungan Antara
Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika dan Statiska Bahasa merupakan alat
komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana
bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain (Ibid., hlm. 167). Jika ditinjau dari pola
berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan
induktif. Untuk itu, proses penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses
logika deduktif dan induktif. Matematika berperan penting dalam berpikir deduktif
dan statistika memiliki peranan yang penting dalam berpikir induktif (Ibid).
Penalaran merupakan
suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Dan itu semua harus dilakukan
dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid kalau
prosesnya menggunakan suatu cara tersebut, yang biasa dinamakan logika. Logika
ini dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Cara
lainnya adalah dengan logika induktif yang memiliki hubungan erat dengan
penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan umum,
atau dapat juga dengan logika deduktif yang menarik kesimpulan dari hal yang
bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual (Ibid., hlm. 46 - 48).
Pembahasan
selanjutnya adalah mengenai penalaran secara induktif dan deduktif. Penalaran
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki ruang lingkup
yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir dimana dari
pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan memakai
pola berpikir silogismus.
d. Tujuan
Pengumpulan Data Statistik
Hal ini dapat
dibagi menjadi dua golongan, yang secara kasar dapat dirumuskan sebagai tujuan
kegiatan praktis dan kegiatan keilmuan. Dalam bidang statistika, perbedaan dari
kedua kegiatan ini dibentuk oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan praktis hakikat
alternatif yang sedang dipertimbangkantelah diketahui, dimana konsekuensi dalam
memilih salah satu dari alternatif tersebut dapat dievaluasi berdasarkan
serangkaian perkembangan yang akan terjadi. Di lain pihak, kegiatan statistika dalam
bidang keilmuan diterapkan pada pengambilan suatu keputusan yang konsekuensinya
sama sekali belum diketahui.
e. Statistika dan
Cara Berpikir Induktif
Ilmu merupakan
pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah
sesuai faktual. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam
metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan yang lain. Pengujian
mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang
bersifat individual. Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah benar jika
premis yang digunakannya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya
sah.
Sedangkan penalaran
induktif, meski premisnya benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah,
maka kesimpulan itu belum tentu benar. Tetapi, memiliki peluang untuk benar.
Dalam hal ini statistika memberikan jalan keluar untuk dapat menarik
kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan. Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses
pengetahuan secara ilmiah.
f. Peranan
Statistika dalam Tahap-Tahap metode Keilmuan
Statistika
merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Dan mengenai
langkah-langkah dalam kegiatan keilmuan, rinciannya adalah sebagai
berikut:
1) Observasi.
Mengumpulkan dan mempelajari fakta yang berhubungan dengan masalah yang sedang
diselidikinya. Dalam hal ini statistika memiliki peranan untuk mengemukakan
secara rinci tentang analisis mana yang akan dipakai dalam observasi dan tafsiran
apa yang akan dihasilkan dari observasi tersebut.
2) Hipotesis. Untuk
menjelaskan fakta yang diobservasi, dugaan yang sudah ada dirumuskan dalam sebuah
hipotesis, atau teori yang menggambarkan sebuah pola, yang menurut anggapan
ditemukan dalam data tersebut. Disini, statiska membantu kita dalam
mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan menyajikan hasil observasi dalam bentuk yang
dapat dipahamidan memudahkan kita dalam mengembangkan hipotesis.
3) Ramalan. Dari
hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Nilai dari suatu teori tergantung dari
kemampuan ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan baru tersebut. Fakta baru ini
disebut ramalan, yaitu menduga apa yang akan terjadi berdasarkan syarat-syarat
tertentu.
4) Pegujian
kebenaran. Ilmuwan mengumpulkan fakta untuk menguji kebenaran ramalan yang
dikembangkan dari teori. Jika teorinya didukung sebuah data, maka akan mengalami
pengujian yang lebih berat, dengan jalan membuat ramalan yang lebih spesifik
dan memiliki jangkauan lebih jauh, hingga akhirnya ramalan ini diuji kembali kebenarannya
sampai ilmuwan tersebut menemukan penyimpangan yang memerlukan beberapa
perubahan dalam teorinya. Sebaliknya, bila dikemukakan bertentangan dengan
fakta, ilmuwan tersebut menyusun hipotesis baru yang sesuai dengan berbagai
fakta yang dia kumpulkan. Lalu hipotesis baru tersebut kembali diuji
kebenarannya lewat “langkah perjanjian” seterusnya.
Dalam tahap ini,
sebuah hipotesis dianggap teruji kebenarannya jika ramalan yang dihasilkan berupa
fakta. Statiska adalah relevan dalam keadaan tersebut karena masalah pokok
yaitu menentukan apakah data yang diobservasi itu sesuai dengan ramalan atau tidak
(Ibid).
g. Penerapan
Statistika
Statistika
diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang
manajemen. Diterapkan dalam penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan penanaman modal,
kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi,
auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit, dan masih banyak lagi.
Logika
Logika merupakan
sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu berfikir logis adalah berfikir sesuai dengan aturan-aturan
berfikir. Logika merupakan satu atau lebih kata yang memiliki arti tertentu, serta memberikan
contah penerapan dalam kehidupan nyata. Berfikir membutuhkan jenisjenis
pemikiran yang sesuai, dan sebagai perlengkapan ontologisme, pikiran kita dapat bekerja secara
spontan, alami, dan dapat menyelesaikan fungsinya dengan baik terlebihdalam hal
yang biasa, sederhana dan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal.
2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Salam, Burhanuddin.
2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Rineka Cipta
Suriasumantri,
Jujun S. 1984. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia
uripsantoso.wordpress.com
Penyusun:
• Apin Mareta
• Dini Anggraeni S.
• Fiqih Amrantasi
• Nurul Rohana
• Yeni Dwi Rahayu
Mata Kuliah :
Filsafat Ilmu
Dosen : Afid
Burhanuddin, M.Pd.
Comments
Post a Comment