Skip to main content

[Pengetahuan] Teori Atribusi ( Atribution Theory )


    1.        Theory of Correspondent Inference dari Jones & Keith Davis
Apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut. Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (correspondent inference).
(Jones & Davies) ada beberapa faktor yang dapat dijadikan faktor untuk menarik kesimpulan tentang apakah suatu perbuatan disebabkan oleh sifat kepribadian atau disebabkan oleh faktor tekanan situasi. Bila diantara ketiga faktor tersebut di bawah ini ada disaat seseorang melakukan suatu perbuatan, maka tindakan orang tersebut disebabkan oleh sifat kepribadian (disposisional) orang tersebut.
·       Non Common Effect
Situasi dimana penyebab dari tindakan yang dilakukan seseorang adalah sesuatu yang tidak disukai oleh orang pada umumnya. (misal : Seorang pria menikah dengan seorang wanita yang kaya, pintar tetapi tidak cantik dan sudah tua. Sifat-sifat yang tidak umum ini (Tua dan tidak cantik) inilah yang disebut sebagai non common effect. Orang akan segera saja menyimpulkan bahwa pria itu memiliki sifat-sifat kepribadian yang meterialistic. Mengapa demikian? Sebab umumnya pria tidak menyukai menikah dengan wanita yang buruk rupa dan tua usianya. Sebaliknya pria umum menyukai menikah dengan wanita yang elok parasnya, banyak hartanya, muda usianya, sehat tubuhnya dan sebagainya.
·      Freely Choosen Act
Banyak tindakan yang dilakukan oleh orang dikarenakan oleh paksaan situasi. (misalnya: seorang wanita muda harus menikah dengan seorang duda kaya yang berusia tua. Wanita itu menikah karena dipaksa oleh orang tuanya. Dari peristiwa itu, sangatlah sulit bagi kita untuk mengatakan bahwa wanita tersebut adalah seorang yang materialistik yang mengejar harta si duda. Tetapi kalau dia sendiri yang ingin menikah dengan duda tersebut sedangkan orang tuanya tidak menyarankan maka dengan mudah kita menarik kesimpulan bahwa wanita itu materialistik. Sebab tindakan untuk menikah dengan duda adalah tindakan atas pilihannya sendiri, bukan tekanan situasi.
·      Low Social Desirability (menyimpang dari kebiasaan)
Kita akan dengan mudah menarik kesimpulan bahwa seseorang memiliki kepribadian tertentu yang tidak wajar bila orang itu menyimpang dari kebiasaan umum. (misal : Jika seseorang menghadiri upacara kematian biasanya orang harus menujukkan roman muka yang sedih dan berempati pada ahlul duka. Kalau orang yang melayat menujukkan hal yang demikian akan sulit bagi kita unyuk mengatribusikan bahwa orang itu orang yang empatik, karena memang begitulah seharusnya. Tetapi bila orang layat lalu menujukkan kegembiraan dengan tertawa terbahak-bahak di saat orang lain susah, maka mudah untuk kita simpulkan bahwa kepribadian orang tersebut agak kurang beres.

2.        Model of Scientific Reasoner dari Harold Kelley (1967,1971)
Harold Kelley mengajukan konsep-konsep untuk memahami penyebab perilaku seseotang dengan memandang pengamat seperti ilmuwan, disebut ilmuwan naif. Untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi seseorang, diperlukan 3 informasi penting. Masing-masing informasi juga harus menggambarkan tinggi rendahnya.
a.    Distinctiveness
Konsep ini merujuk pada bagaimana seseorang berperilaku dalam kondisi yang berbeda-beda. Distincveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara khusus pada suatu peristiwa. Sedangkan distincveness rendah apabila seseorang merespon sama terhadap stimulus yang berbeda.
b.    Konsistensi
Hal ini menunjuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa. Konsistensinya dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus yang sama pada waktu yang berbeda. Apabila meresponsnya tidak menentu, maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
c.    Konsensus
Apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya rendah dan sebaliknya. Selain itu konsep tentang konsensus selalu melibatkan orang lain sehubungan dengan stimulus yang sama.
Dari ketiga informasi tersebut di atas, dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley, ada 3 atribusi, yaitu :
a.       Atribusi Internal
Dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran dari karakternya, bila distinctiveness-nya rendah, konsensus-nya rendah dan konsistensi-nya tinggi.
b.       Atribusi Eksternal
Dikatakan demikian apabila ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, konsensus tinggi dan konsistensi-nya juga tinggi.
c.       Atribusi Internal – Eksternal
Hal ini ditandai dengan distincveness yang tinggi, konsensus rendah dan konsistensi yang tinggi.

3.        Atribusi Keberhasilan dan Kegagalan dari Weiner
Ada 2 dimensi pokok :
a.         Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal.
b.         Stabilitas penyebab : stabil atau tidak stabil.
Dari 2 dimensi tersebut dapat dilihat ada 4 kemungkinan, sbb :
LOC/Kestabilan
Tidak stabil (temporer)
Stabil (permanen)
Internal
a.       Usaha
b.      Mood
c.       Kelelahan
a.       Bakat
b.      Kecerdasan
c.       Karakteristik Fisik
Eksternal
a.       Nasib
b.      Ketidaksengajaan
c.       Kesempatan
Taraf Kesulitan Tugas
LOC = Locus of Control
Pada tahun 1982, Weiner memperluas model atribusinya dengan menambahkan satu dimensi lagi di dalam dimensi penyebab internal-eksternal, yaitu dimensi dapat atau tidaknya penyebab itu terkontrol (controllable). Contohnya untuk atribusi internal-stabil terkontrol adalah sukses karena bakat yang luar biasa sehingga jarang mengalami kegagalan.

             Referensi

Hartati, Sri. (2012). Pendekatan kognitif untuk menurunkan kecenderungan perilaku deliquensi pada remaja. Jurnal humanitas, IX (2), 123-146. Padang: IAIN Imam Bonjol Padang.
Juneman. 2011. Teori-Teori Transorientasional dalam Psikologi Sosial. “HUMANIORAVol.2 No.2 Oktober 2011: 1351-1367”. Jakarta: BINUS University
Novitasari, Yomi. (2013). Penerapan cognitive behavior therapy (CBT) untuk menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah. Skripsi Psikologi.Depok: Universitas Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/



Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Menyiasati Anak yang Sulit Makan ?

Ibu : "A lagi ya, satu lagi aaanya, yah satu lagi yah" Anak : "Nggak mau, udah kenyang" Ibu : "Satu lagi deh, abis itu udahan deh makannya. Tinggal sedikit nih, tuh lihat di piringnya, tinggal sedikit kan. Satu lagi yaaaaa" Anak : "Nggak mau ah, udah kenyaaaaaaaaaaaang" Bagi sebagian ibu, dialog di atas mungkin terdengar sangat familiar di telinga ketika jam makan anak-anak telah tiba. Memberi makan kepada anak-anak balita terkadang memang menyulitkan. Anak tidak selalu menyukai apa yang diberikan kepada mereka. Mereka cenderung lebih menyukai makanan ringan berupa makanan yang manis (seperti permen, biskuit), makanan junk food (biasanya dalam bentuk makan siap saji seperti hamburger, fried chicken, french fries), dan makanan yang tasty (misalnya chiky, cheetos) dibandingkan makanan utama yang berupa nasi dan lauk pauknya. Menghadapi situasi diatas orangtua biasanya menggunakan berbagai cara untuk membuat agar anakn...

Cerita tentang Kompas Kehidupan

  Kehidupan ibarat mengembara, mengendarai sebuah kapal ditengah luas nya lautan, ketika diperjalanan, kita akan menemukan banyak hal, ada suatu kondisi dimana kita berada dilautan yang tenang, malam nan dingin penuh bintang, badai dengan petir, harta karun dan pulau yang indah. Sejatinya si pengendara kapal akan menentukan tujuan kemana ia akan pergi dan menemukan harta karunnya. Aku ingin bertanya satu hal yang perlu kamu jawab dalam hati.. kira-kira apakah kamu sudah menemukan tujuan perjalanan mu ?, ada beberapa orang akan mengatakan bahwa tujuan mereka ingin membuat orang tua bahagia, menjadi orang sukses dan kaya. Apakah benar demikian ?, ya ngak salah juga, kamu memiliki tujuan yang mulia seperti itu, tapi di episode kali ini aku ingin berbagi kepada kamu mengenai kompas kehidupan. Seperti layaknya nahkoda kapal kamu perlu menemukan tujuan perjalanan yang ingin kita tuju, dan jangan sampai justru itu bukan tujuanmu yang tanpa kamu sadari itu bukan kamu, dan membuat mu merasa...