(1) dapat dijadikan rujukan
untuk perancangan pengajaran,
(2) menilai hasil-hasil yang
telah dicapai untuk digunakan dalam ruang kelas,
(3) mendiagnosa masalah-masalah
dalam kelas,
(4) menilai hasil-hasil
penelitian yang dilaksanakan berdasarkan teori-teori tertentu (M. Surya: 1996).
Di bawah ini dipaparkan teori belajar menurut aliran Behaviorisme dan teori
Gestalt.
1. Teori
Behaviorisme
Aliran behaviorisme memandang bahwa terbentuknya
tingkah laku diperoleh karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan
melalui hubungan stimulus (rangsangan) dengan respon (jawaban). Perubahan
tingkah laku lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi lingkungan
merupakan faktor yang paling dominan dalam proses terjadinya perubahan tingkah
laku. Tokoh aliran behaviorisme antara lain Pavlov dengan teori Classical
Conditioning serta Thorndike dan Skinner dengan
teori Operant Conditioning.
a.
Teori Classical
Conditioning
Menurut teori Classical
Conditioning, respon (tingkahlaku baru) akan terjadi secara otomatis jika terdapat
stimulus baru. Ivan Pavlov terkenal dengan percobaan terhadap seekor anjing
untuk melihat asosiasi stimulus-respon (S-R bond). Anjing diberi stimulus
berupa makanan, menyebabkan respon otomatis dengan keluarnya air liur dari
mulut anjing. Contoh stimulus berupa makanan disebut unconditional stimulus
(stimulus tak bersyarat). Tahap berikutnya, dikeluarkan makanan bersamaan
dengan dibunyikannya garpu tala dan ternyata menyebabkan keluarnya air liur
dari mulut anjing. Kemudian, sebelum dikeluarkan makanan, dibunyikan suara
ketukan garpu tala dan diulang-ulang dilakukan menyebabkan keluarnya air liur
pada mulut anjing. Percobaan selanjutnya hanya dibunyikan suara ketukan garpu
tala saja tidak diberikan makanan ternyata keluarlah air liur pada mulut anjing.
Kita dapat menyatakan bahwa suara garpu tala telah menjadi stimulus bersyarat
(conditionedl stimulus). Sedangkan respon keluarnya air liur setelah adanya
suara merupakan respon bersyarat (conditioned respons). Implikasi
teori ini dalam pembelajaran antara lain: siswa akan belajar dengan baik
apabila diciptakan stimulus yang menyenangkan seperti perlakuan guru yang
hangat, penyampaian materi pelajaran yang menarik, serta ruangan kelas yang
membuat betah. Teori Ivan Pavlov ini memberikan sumbangan dalam hal pembentukan
pembiasaan, pentingnya motivasi dan proses generalisasi.
b. Teori Operant Conditioning
Teori operant conditioning
berpandangan bahwa belajar adalah pembentukan perilaku otomatis yang diperkuat
atau diperlemah oleh consequence atau antecendence. Sementara tujuan berfungsi
mengendalikan tindakan. Tujuan sebagai pengendali tindakan disebut operant.
Tokoh utama teori ini adalah Edward Thorndike dan Skinner.
1)
Edward Thorndike
Edward Thorndike melakukan
percobaan terhadap seekor kucing lapar yang ditempatkan disebuah kandang. Di
luar kandang ditempatkan makanan yang dapat terlihat oleh kucing. Kucing
melihat makanan dan ia berusaha untuk keluar dari kandang dan mengambil
makanan. Dalam usaha mengambil makanan kucing menunjukan tingkah laku mondar-mandir.
Pada suatu saat secara tidak sengaja kucing menyentuh tombol kemudian pintu
terbuka dan kucing bisa keluar serta langsung bisa menyantap makanan. Dalam
kondisi yang sama diulang-ulang dan waktu yang diperlukan oleh kucing semakin
berkurang. Percobaan ini mengidentifikasi bahwa apabila suatu respon memberikan
hasil yang memuaskan maka respon tersebut akan diulangi.
Percobaan Thorndike disebut
sebagai instrumental conditioning yang artinya bahwa suatu respon itu pada
dasarnya merupakan instrumen untuk mencapai tujuan. Perbedaanya dengan Pavlov
menurut Thorndike bahwa tingkah laku yang dikaji bukan karena refleks tetapi
pada tingkah laku yang disadari. M. Surya (1996) mengemukakan proses
pembelajaran pada dasarnya merupakan pembinaan hubungan antara rangsangan
tertentu dengan tingkah laku tertentu. Semua pembelajaran dilakukan melalu suatu
proses coba-salah (trial and error) dimana akan terjadi proses memilih dan
mengitkan rangsangan dengan tindak balas. Implikasi teori ini dalam kegiatan
pembelajaran adalah bahwa motivasi, ganjaran dan hukuman menjadi teramat
penting. Reinforcement (pengukuhan) dalam bentuk hadiah adalah suatu
consequence yang meningkatkan suatu perilaku.
2) Skinner
Asumsi dasar teori Skinner bahwa perubahan
tingkah laku adalah fungsi dari kondisi dan peristiwa yang ada di sekitarnya.
Respon yang terjadi pada individu tidak hanya disebabkan oleh stimulus pada
lingkungan yang teramati, akan tetapi bisa terjadi secara tidak diketahui
bahkan tidak disadari. Belajar menurut teori ini adalah perubahan tingkah laku
itu bukan terdapat pada rangsangannya akan tetapi terletak pada bagaimana
indivdiu memberikan respons terhadap stimulus. Teori ini menunjukan bahwa
bilamana respon individu terhadap lingkungannya memberikan kepuasan maka respon
itu akan mendapat penguatan/pengukuhan positif yang semakin kuat dan meningkat.
Sebaliknya bila respon individu terhadap lingkungan tidak memberikan kepuasan
maka respon itu akan mendapatkan penguatan/pengukuhan yang negative sehingga
respon menjadi berkurang. Implikasi teori ini terhadap pembelajaran antara lain
adalah : 1) Memberikan rangsangan dan peneguhan, pengukuhan, penguatan, pada
siswa merupakan unsur pertama dalam pengajaran. 2) Siswa selalu mendapat
perhatian secara individual, karena setiap siswa memiliki pola respon yang
berbeda. 3) Perlu memperhatikan kesiapan siswa dalam belajar. 4) Menciptakan
suasana kelas yang kondusif. 5) Memilih metode belajar yang merangsang siswa
sehingga siswa mau belajar.2. Teori Gestalt
Tokoh psikologi gestalt adalah Max Werheinner seorang ahli psikologi Jerman yang mencoba mengadakan eksperimen dengan mencoba membedakan pengamatan visual dengan fenomenan fisik. Ia bersama dengan Kurt Kofka dan Wolfgang Kahler mengembangkan hukum-hukum pengamatan dan menerapkannya dalam belajar dan berfikir. Percobaan dilakukan dengan meproyeksikan caala ke layer dalam bentuk titiktitik cahaya yang dilakukan secara berurutan dihadapan sejumlah pengamat. Para pengamat mengatakan bahwa mereka tidak melihat titik cahaya pada layar, namun mereka melihat suatu garis cahaya yang bergerak. Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah adanya keseluruhan bentuk dalam satu kesatuan pengamatan (Gestalt) Ahli lain Kohler melakukan eksperimen terhadap simpanse di suatu tempat dengan menggantungkan pisang yang tidak terjangkau oleh simpanse itu. Oleh Kohler di sudut ruangan itu disediakan peti-peti dan tongkat. Tampaknya simpanse melakukan tilikan (insight) terhadap unsur-unsur yang terkait. Perilaku yang ditampilkan simpanse adalah menumpuk peti-peti namun pisang itu masih belum terjangkau. Akhirnya simpanse mengambil tongkat dan terjangkaulah pisang itu. Dari eksperimen tersebut dapat ditarik bahwa insight dapat diperoleh dengan melihat hubungan antar unsur yang terkait satu sama lain dalam suatu keseluruhan. Menurut Koffa dan Kohler ada enam prinsip organisasi yang terpenting, yaitu :
(1) hubungan bentuk dan latar
(figure-ground relationship),
(2) kedekatan (proximity),
(3) kesamaan (similarity),
(4) arah bersama,
(5) kesederhanaan (simplicity),
dan (6) ketertutupan (closive).
Menurut M. Surya (1996)
beberapa aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1) Pengalaman tilikan (insight)
Dalam proses pembelajaran hendaknya para pelajar memiliki kemempuan tilikan
yaitu kemampuan untuk menciptakan hubungan antar unsur-unsur dalam suatu obyek
atau peristiwa. Guru hendaknya mengembangkan siswa dalam memecahkan masalah
dengan proses tilikan.
2) Pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning) Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu obyek
atau peristiwa, akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah khusunya dalam
identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
3) Perilaku bertujuan (purpose
behavior) Berdasarkan prinsip ini, proses pembelajaran akan lebih efektif
apabila pelajar mampu mengenal tujuan yang akan dicapainya, dan selanjutnya
mampu mengarahkan perilaku belajarnya ke arah tujuan tersebut.
4) Prinsip ruang hidup (life
space) Konsep ini dikembangkan ole Kurt Lewin dalam teori medan (filed theory)
yang menyatakan bahwa perilaku individu mempunyai keterkaitan dengan lingkungan
atau medan-medan dimana ia berada. Materi yang diajarkan ole guru hendaknya
memilki keterkaitan dengan situasi lingkungan.
5) Transfer dalam pembelajaran
Menurut teori ini transfer akan terjadi apabila siswa telah menangkap
prinsip-prinsip pokok dari suatu permasalahan dan menemukan generalisasi untuk
kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Teori-teori
belajar di atas oleh guru dapat digunakan sebagai pedoman dalam proses
pembelajaran yang dilakukannya.


Comments
Post a Comment